Posted in fiksipenggemar

I Life With Satan Soo #16

​I Live With Satan Soo

Evina93 ©2018

Chapter/ PG 17

Do Kyungsoo, Shin Mingi, Bang Mianh

Marriedlife, Comedy, romance.

Chapter 16

Andaikan saja hari ini bukanlah hari terakhir mengumpulkan tugas kelompok, rasanya Mingi ingin tidur dan berdiam diri saja di kamarnya. 
Sialnya harapan itu tak akan terwujud, ia bisa saja membolos, tapi nilai Sehun dan Jongin juga ada di tangannya. Apalagi sedari tadi kedua manusia itu selalu mengiriminya pesan dengan isi menanyakan keberadaannya.
Mingi menghela nafas ketika melihat pantulan dirinya di cermin. Wajahnya terlihat sangat kacau dengan lingkaran hitam di bawah mata. Kepanya juga sedikit berdenyut akibat kurang tidur.
“Apa yang harus ku lakukan dengan ini?” ia bertanya pada dirinya sendiri sambil menunjuk matanya. Ia sudah memakai make up tapi masih terlihat. Matanya tidak sengaja menangkap pantulan kacamata bening di meja belajarnya. Tanpa berpikir panjang, ia meraih kaca berbingkai tersebut dan memakainya. Meraih tas dan buku yang akan ia gunakan untuk pergi ke kampusnya.
***
“Oh, kau akan pergi?” tanya Kyungsoo ketika melihat Mingi keluar dari kamarnya. Ia sedang menyiapkan sarapan.
‘Sial, kenapa harus bertemu dengannya’ rutuk Mingi.
“Ya” tanpa bicara panjang lebar Minggi berjalan menuju pintu keluar. Ia mengambil salah satu sepatu. 
“Kau tidak sarapan? Kau belum menyentuh apapun semenjak semalam” ujar Kyungsoo yang entah sejak kapan sudah berada di belakang Mingi.
“Tidak, aku pergi” setelah memakai sepatu ia bernajak kepuar rumah.
“Hati-ha (Blam) ti” belum selesai Kyungsoo berucap pintu itu sudah tertutup dan sosok yang ia rindukan semejak kemarin menghilang.
Kyungsoo bukannya tidak peka jika Mingi bersikap dingin padanya akhir-akhir ini. Bahkan ia merasa Mingi sudah membuat dinding penghalang agar ia tidak bisa mendekatinya. Terbukti dari tingkahnya tadi.
Kyungsoo mematung, pandangannya masih tertuju pada pintu di depannya. 
*** 
“Akhirnya~” Jongin dan Sehun kompak berujar setelah netra mereka menakap sosok Mingi yang sedang berjalan menuju mereka.
“Apa yang kalian lakukan disini? ayo masuk” ajak Mingi sambil melewati mereka ia bergerak menuju kelasnya.
Sehun dan Jongin dibuat melongo.
“Yak!” Jongin berteriak.
“Kami menunggumu bodoh!” Sehun dengan wajah bersungut menyusul Mingi diikuti Jongin dibelakngnya.

Mereka sudah berada di kelas. Kursi belakang, itulah tempat yang mereka pilih.
“Kau membawanya bukan?” tanya Jongin.
“Tentu saja! jika tidak kita bisa terancam” ujar Mingi sambil menaikan kacamatanya. Sehun mengerenyit.
“Sejak kapan kau pakai kacamata?” tanya Sehun.
“Ah ini” Mingi memegang tangkai kacamatanya. “Mataku seperti mata panda karena mengerjakan tugas ini” jawab Mingi dengan berbohong.
“Bukan karena menangis semalaman kan?” ejek Jongin.
“Yak!” 
“Selamat pagi semua” sapa sang dosen yang sudah memasuki ruangan. Semua sudah duduk pada tempatnya.
“Awas saja kau Jong” Mingi mengangkat tangannya seperti akan memberi pukulan.
Sedangkan sang objek kemarahannya malah menjulurkan lidah.
*** 
“Astaga kepalaku rasanya pusing, untung saja nilai kita tak terlalu buruk” ujar Jongin. 
Jongin, Sehun dan Mingi sedang berjalan menuju kantin.
“Kau berlebihan” ujar Mingi.
“Otakmu saja yang tak mampu menampung informasi terlalu banyak” ejek Sehun.
“Berkacalah pada dirimu juga tuan Oh” balas Jongin.
“Hentikan” Mingi yang berada di tengah-tengah kedua orang itu merasa risih. Apalagi kepalanya semakin terasa berat dan ia sangat lemas. Perutnya juga minta asupan. “Aku lapar, ayo pesan sesuatu” Mingi berjalan lebih dulu.
“Tapi kau yang traktir” ujar Sehun.
“Kenapa aku?” Mingi berbalik sambil mengerenyitkan dahi.
“Sekali-kali, dasar pelit” jawab Jongin.
“Baiklah-baiklah” ujar Mingi.
“Yay!” girang Sehun dan Jongin. Kau belum tau saja Mingi jika uang sakumu bisa terkuras.
“Bukankah itu Kyungsoo Hyung, Kenapa ia bersama Minah?” Sehun menunjuk arah Kyungsoo berada. Gerakan Mingi terhenti sekejap. Seolah tak melihat Kyungsoo ia kembali menghampiri penjual makanan. 
“Bibi, aku pesan 3 Bibimbab ya?” pesan Mingi sambil tersenyum.
“Mingi, kau baik-baik saja?” tanya Jongin.
“Memangnya aku kenapa?” Mingi malah bertanya kembali.
“Itu, Kyungsoo Hyung dan Minah” jawab Sehun.
“Aku tak peduli” ujarnya santai. Sehun dan Jongin mengerenyit.
“Ini pesanannya” Bibi penjual menyerahkan 3 porsi makanan.
“Terima kasih” Mingi mengambil nampan pesanannya.
“Ayo makan, kenapa bengong saja. Tidak jadi di traktir nih?” tanya Mingi.
“Ah, tentu saja jadi” Jongin yang sudah sadar kembali mengikuti Mingi.
“Sehun, ayo!”
“Ah, ya tunggu aku!”
Kyungsoo melihat itu, walau Mingi mengacuhkannya setidaknya ia sedikit bernafas lega. Karena Mingi sudah mau menyentuh makanan.
“Kyungsoo, aku ingin kimbap” ujar Minah.
“Kau bisa membelinya sendiri” balas Kyungsoo.
“Kau lupa kakiku ya?” Kyungsoo menghela nafas. Mau tak mau Kyungsoo beranjak. Minah tersenyum puas. Ia sedikit melirik pada Mingi dan tersenyum remeh.
“Bukankah sudah ku katakan Kyungsoo itu milikku” guamamnya.
*** 
“Ah, aku lupa minumannya” Mingi beranjak berdiri. “Kalian mau apa? biar aku pesankan sekalian”.
“Tak perlu ku bilang kau tau apa favoritku” ujar Sehun yakin.
“Cih, percaya diri sekali” Mingi beralih pada Jongin. “Kau?”.
“Apapun yang terpenting kau yang traktir”. Jongin tersenyum lebar.
“Tampang kalian saja yang rupawan tapi sukanya geratisan” ejek Mingi dan pergi dengan cepat sebelum terkena amukan kedua temannya.
“Yak!!” teriak keduanya.
*** 
“Terima kasih” Mingi membawa 3 minuman di tanganya. 
Bruk brugh
“Akh, kakiku. Apa yang kau lakuakan huh? bajuku jadi basah!” bentak Minah.
Mingi yang terjatuh dan terbentur meja. Beranjak berdiri. Ia memegang samping kepala sebelah kanannya sambil meringis.
“Apa yang terjadi?!” Kyungsoo yang baru saja tiba meletakan makanannya di meja dan menghampiri Minah.
“Kau tak apa?” Jongin dan Sehun membantu Mingi.
“Dia menjatuhkan Minuman padaku! kakikku juga diinjaknya! apa sebegitunya kau membenciku?!” Minah memasang raut sedih dan merajuk pada Kyungsoo.
“Apa?! Dia yang menjulurkan kakinya!” bentak Mingi. 
“Hentikan!” Bentak Kyungsoo. “Mingi minta maaflah” ujranya kemudian.
“Kenapa aku??!!!!” Mingi melotot tak terima. Minah tersenyum mengejak dibelakang Kyungsoo. Mingi semakin geram ketika melihat itu. Kyungsoo memang tak bisa melihat sikap Minah sekarang padanya. Hanya saja Sehun dan Jongin yang melihat itu tercengang.
“Karena kau yang salah” lanjut Kyungsoo.
“Kau lebih mempercayainya!” ujar Mingi. Minah semakin tersenyum senang. 
“Kau sudah salah jadi kau yang meminta maaf” Kyungsoo menatapnya tajam tanpa mendengar penjelasan Mingi terlebih dahulu.
Mingi menunduk, tak lama suara tawa disertai dengusan terdengar darinya “Aku lupa jika kau lebih percaya padanya”.
“Bukan be”
“Dengar ya Do Kyungsoo-sii, jika bukan salahku aku tak akan meminta maaf. Permisi”. Mingi memotong perkataan Kyungsoo. Pergi dari tempat itu adalah pilihannya. Ia melewati Kyungsoo dengan menabrak bahunya. Ia sudah muak.
“Hyung kau, ah sudahlah. Mingi tunggu aku!” Sehun mengejar Mingi.
“Kau keterlaluan hyung. Kau akan menyesal” Jongin melakuakan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Mingi tadi.
Kyungsoo menghela nafas. Bukan ini akhir yang dia inginkan. Sejenak tadi ia tertegun melihat sikap Mingi. Dan air mata itu kembali mengalir karenanya. Ya, sekilas ia melihat air mata Mingi ketika wanita itu menabraknya.
“Kyungsoo aku .. ”
“Kau bisa membersihkan dirimu sendiri kan Minah. Aku perlu waktu sebentar” Kyungsoo duduk di salah satu kursi kantin.
“Eum baiklah” Minah mengambil tongkat penopangnya. Dan berjalan menjauh dari kantin.
*** 
“Jika ingin menangis ya menangis saja” ujar Sehun. Mereka sedang berada di UKS. Jongin dan Sehun yang menyeretnya ke tempat ini.
“Ah, aku sudah menemukannya” Jongin membawa kotak P3k. 
“Siapa yang ingin menangis?” Mingi malah bertanya pada Sehun. 
“Kemari, kau harus diobati” Jongin yang sudah menuangkan sedikit alkohol pada kapas mendekati Mingi.
“Kenapa kalian mengobatiku?” entah efek terbentur atau apa. Mingi semakin menyebalkan. Hal itulah yang ada dipikiran kedua pria di hadapan Mingi.
“Ck” Jongin segera mengarahkan kapas di tangannya pada pelipis Mingi yang mengeluarkan darah.
“Ah ah, yak pelan-pelan” Mingi memukul-mukul lengan Jongin.
“Cih, tadi saja seperti orang kuat baru segini malah berteriak sakit. Selesai” Jongin sudah menempelkan plester bergambar pororo pada pelipis Mingi.  Yang diejek memanyunkan bibirnya.
“Haha . . darimana kau mendpatkannya?” tanya Sehun sambil menunjuk plester di muka Mingi.
Jongin menyengir, “Tasku tadi, sepertinya milik ponakanku tertinggal kemarin”.
“Yang benar?” alis Sehun terangkat satu.
“Sungguh” jawab Jongin. Mingi yang penasaran dengan sikap kedua pria itu membuka suara.
“Memangnya plester apa yang kau pasang?” tanya Mingi.
“Lihat saja sendiri” Sehun menunjuk cermin kecil di dekat meja.
“Kim Jongin sialan!” rutuk Mingi.
“Hahahah”
**** 
Minah berjalan di lorong yang sepi. Ia melihat kanan dan kirinya. “Menyusahkan saja”. Ia membanting tongkatnya dan berdiri sempurna. Meraih benda di dalam tasnya dan menempelkannya di telinga.
“Hallo”
” . . ”
“Jalankan rencana ke 2” 
“. . ”
Minah menutup telponnya. Ia mengambil tongkat yang ia jatuhkan tadi. Berjalan biasa tanpa merasa sakit ke dalam toilet. “Cih, gadis sialan. Aku harus membersihkan ini. Tapi tak apa. Yang terpenting Kyungsoo menjadi milikku” ujarnya.
Tanpa ia sadari ada seseorang yang merekamnya.
**** 
“Akh sial, kepalaku semakin sakit. Perutku juga lapar” Mingi terus saja menggerutu. “Gara-gara wanita itu aku jadi tak bisa makan!”.
Mingi sedang berjalan menuju perpustakaan. Ia disuruh oleh dosen Ahn untuk mengembalikan beberpa buku. Jangan tanyakan kemana Jongin dan Sehun. Mereka dengan tak berpripertemanan menelantarkan Mingi membawa buku-buku tebal ini. Alasannya? Perpustakaan membuat mereka alaergi. Cukup ketika tugas saja.
“Jong-hun sialan, Akan ku buat perhitungan nanti. Akh, kenapa buku-buku ini berat sekali!”.
Byur
“Astaga” Mingi yang kaget tiba-tiba tersiram menjatuhkan semua buku-bukunya. Tanpa sempat melihat sang pelaku. Pandangannya tiba-tiba menghitam dan ia terjatuh. Seseorang memukul tengkuknya.
“Kau tidak membuatnya mati kan?!” Tanya salah satu pelaku.
“Tentu saja tidak!, aku hanya membuatnya pingsan”.
“Kerja bagus” Mereka ber high five. Dan membawa Mingi dari sana sambil memastikan tak ada yang melihat.
**** 
“Hun, Mingi mengirim pesan. Katanya kita pulang duluan saja” Jongin memperlihatkan ponselnya.
“Aneh sekali. Biasanya anak itu akan mendatangi kita dengan amukan. Terutama setelah kita meninggalkannya tadi” Sehun mengerenyit.
Jongin mengangkat kedua bahunya. “Mungkin dia masih membantu dosen Ahn” Tebak Jongin.
“Mungkin saja, Aku malas pulang. Bagaimana jika kita bermain game pc dulu?” ajak Sehun.
“Ayo, sudah lama aku tak main”.
**** 
“Astaga kemana anak itu? kenapa belum pulang”. Kyungsoo berjalan kesana kemari di dalam apartemennya. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam saat ini.
Ia sudah menghubungi Luhan. Tapi Luhan bilang Mingi tak ada disana. Handphone Mingu juga sedari sore tak bisa dihubungi.
Kyungsoo menekan nomor Jongin. Ia berharap Jongin mengangkat telponnya setelah kejadian di kantin tadi.
Tak lama setelah nada tunggu akhirnya seseorang di sebrang sana mengangkatnya. Kyungsoo bernafas lega.
“Ada apa kau menelphoneku? aku masih marah padamu” ujar Jongin.
“Maafkan aku”
“Jangan Minta maaf padaku tapi pada Mingi. Ia istrimu yang harus kau jaga. Tapi kau malah membuatnya terluka”.
Apa yang dikatakan Jongin benar “Karena itu aku menelphonmu Jong” Balas Kyungsoo.
“Kenapa aku?”
“Apa Mingi bersamamu?” tanya Kyungsoo.
“Tidak”
“Jangan main-main Jong”.
“Aku bicara fakta”
“Sehun?”
“Ia bersamaku sejak tadi” 
Kyungsoo semakin khawatir. 
“Apa Mingi belum pulang karena membantu guru Ahn?” tanya Jongin.
“Tidak mungkin, ini sudah terlalu malam”.
“Apa Mingi bisa dihubungi?” Kali ini suara Sehun terdengar. Sepertinya ia merebut ponsel Jongin.
“Tidak”
“Aneh sekali, tadi dia mengirim kami pesan untuk pulang duluan” Balas Sehun.
“Kapan itu?”
“Pukul 4 sore” Balas Jongin. Sepertinya mereka mngaktifkan mode speaker.
“Apa?! aku akan mencarinya, jika ia menghubungi kalian segera hubungi aku”.
“Kami akan membantu”.
Tak lama sambungan itu berakhir. 
Kyungsoo segera meraih jaketnya dan berlari tergesa sambil terus menghubungi Mingi.
“The number you are calling is busy”
“Sialan”.
Kyungsoo mengusap kasar wajahnya. Ia sangat khawatir. Perasaannya sangat buruk.
“Kau dimana?” gumamnya.
TBC
ada yang masih nunggu ini?

Author:

Sebuah puzzle yang belum tersusun sempurna

Leave a comment