Posted in fiksipenggemar

I Live With Satan Soo #17

Chapter 17

Udara dingin serasa menusuk hingga kedalam kulit. Baekhyun yang baru saja keluar dari salah satu ruangan mengeratkan mantelnya.

“Jika bukan untuk skripsi aku tak akan pernah menginjakkan kaki ke tempat itu lagi” gerutunya. “Astaga kenapa udaranya dingin sekali dan kenapa disini begitu sepi” ia melihat sekeliling. Koridor kampus terasa semakin sunyi. Bahkan suara derap langkahnya terdengar jelas. Ia mengusap tengkuknya. “Uh, kenapa aku jadi merinding” Baekhyun mengusap tengkuknya sampai ia mendongak dan matanya terbelalak.

“Astaga, kenapa aku harus menjadi saksi bunuh diri seseorang sial sekali. Apa aku pergi saja ya” baru saja ia akan berbalik ia kembali melihat ke atas matanya dibuat semakin sipit demi melihat jelas “Kenapa orang itu begitu familiar ? ASTAGA !!! Minggi apa yang kau lakukan disana!” Baekhyun segera menuju ke arah tangga menuju atap gedung.

***

Minggi merasa kepalanya berat, ia berusaha membuka mata tapi yang ada sangat gelap. Bukan karena ruangan tanpa cahaya hanya saja matanya tertutup sesuatu.

Semilir angin semakin terasa menerpa wajahnya. Ia tak bisa bergerak. Tangannya seperti terikat. Ia panik. Apalagi semakin ia berusaha bergerak bunyi papan berdecit semakin terdengar.

Dengan mencoba menggerakkan kepala ia berusaha membuka penutup matanya. Nihil, yang ada kepalanya semakin berdenyut. “Ibu, ayah aku dimana? Seseorang tolong aku” gumamnya. “Kyungsoo-ya tolong aku hiks”. Air mata mulai membasahi kain yang menutupi pandangannya. Ia semakin panik. Dengan usaha terakhir ia berusaha membuka ikatan tangannya. Dan gotcha, ikatan itu terlepas walau menghasilkan ruam merah pada pergelangan tangannya. Ia segera membuka penutup matanya. Hamparan langit malam yang pertama kali terlihat olehnya. Melihat ke arah bawah seketika keringat dingin keluar dari pelipisnya. Tubuhnya membeku. Bayangan kejadian dimana ia dan kedua orang tuanya mengalami kecelakaan berputar di otaknya. Suara decitan kayu patah semakin terdengar ia melihat ke belakang. Pijakannya hanya sepapan kayu usang dan semakin ia bergerak suara itu semakin sering terdengar. Minggi ingin beranjak dari tempat itu hanya saja tubuhnya tak bisa diajak berkompromi. “Kyungsoo-ya tolong aku” gumamnya.

***

Kyungsoo terus mencari Minggi. Di tempat Luhan ia tak ada bahkan sekarang Luhan sedang membantu mencarinya, rumah Shinyoung nihil. Bahkan gadis itu sudah memakinya karena lalai menjaga sang sahabat. Jong-in dan Sehun belum memberi kabar. Mau tak mau ia menghubungi kedua orang tuanya.

“Hallo, tumben sekali kau menelepon ibu”

“Apa Minggi bersama kalian?”

“Tidak, bahkan aku sudah lama tak melihatnya? Memangnya kenapa? Apa kalian bertengkar?”

“Tidak apa-apa. Aku akan meneleponmu lagi nanti”

“Kyungsoo dengar! Jika terjadi sesuatu pada menantu kesayanganku kau tak akan ku ampuni”

Kyungsoo menghela nafas. Itu ayahnya.

“Aku juga berharap begitu”

“Kau bilang apa?”

“Tidak ada, akan ku telpon lagi kalian nanti” dan setelahnya ia mematikan sambungan itu.

Ia sedang berbelok menuju kampusnya. Hanya 500 meter lagi ia akan sampai. Ini harapan terakhirnya, hingga suara yang berasal dari handphonenya terdengar.

Tertera nama Baekhyun disana.

“Ada apa dia meneleponku” gumamnya.

“Hallo”

“Kau dimana?!”

“Sedang mencari Minggi menuju kampus. Ada apa?” Ujarnya frustasi.

“Bagus!. Aku menemukannya berada di atas gedung fakultas! Entah dia akan bunuh diri atau apa, cepat kemari!!”

“APA?!!” tanpa pikir panjang, ia menambah kecepatan. Tilang menilang urusan nanti. Nyawa wanitanya sedang dipertaruhkan.

“Dasar bodoh! Tunggu aku!”

***

Setelah menghubungi Kyungsoo, Baekhyun terus menyusuri tangga menuju atap. Hingga sebuah pintu menyambutnya. Dengan tergesa ia mendobrak pintu itu.

“Ya gadis bodoh! Apa yang kau lakukan huh! Cepat kemari!” Teriak Baekhyun.

Minggi berbalik “Oppa!”

Kriettt tak

“Ah!”

“Ya!”

Baekhyun segera menggenggam tangan Minggi.

“Jangan lepas tanganmu!” Ujar Baekhyun berusaha menarik Minggi.

“Tolong aku” ujar Minggi, tubuhnya gemetar hebat, air mata kembali keluar membasahi pipinya.

“Baekhyun! Astaga!” Kyungsoo yang sudah sampai segera menghampiri Baekhyun.

“Minggi!” Kyungsoo mengulurkan tangannya.

“Pegang tanganku!” Minggi berusaha meraihnya sekuat tenaga. Kyungsoo semakin mencondongkan tubuhnya.

Hup

“Tarik bersama Soo!” Titah Baekhyun.

Minggi berhasil mereka tarik.

Baekhyun berbaring dengan terengah. Telapak tangannya dinaikan “Aku menyelamatkan nyawa seseorang” gumamnya.

“Ya! Apa yang kau lakukan diatas sana huh?! Kau tak tau aku mencarimu!” Bentak Kyungsoo.

“Hiks, maafkan aku, a aku tidak tau, tiba-tiba gelap dan dan diatas sana hiks, maafkan aku Kyungsoo” kristal bening kembali meluncur dari mata indahnya, tubuhnya gemetar hebat. Kyungsoo tertegun. Ia segera menghampiri Minggi. Menariknya hingga masuk kedalam dekapannya.

“Berhentilah, aku ada disini, jangan takut. Maafkan aku telah membentak” Kyungsoo mengelus surai Minggi membuat wanita itu menjadi tenang. Minggi mengangguk dalam dekapan Kyungsoo.

Kyungsoo sadar setelah memeluk Minggi, pakaian wanita ini basah, badannya terasa panas, ia demam. Dan tak lama ia merasa tubuh Minggi semakin berat.

“Astaga, hei sadarlah. Baek bantu aku membawa Minggi ke mobil!” Titah Kyungsoo setelah melihat Minggi terpejam.

“Apa, dia kenapa? Dia tidak mati kan?!” Heboh Baekhyun.

“Ia hanya pingsan bodoh! Cepat bantu aku!”

Baekhyun segera membantu Kyungsoo.

Baekhyun yang menyetir, tenang saja ini inisiatifnya. Ia tidak ingin mati muda apalagi melihat Kyungsoo sedang kalut.

“Apa dia masih belum sadar?” Tanya Baekhyun melihat dari kaca spion.

“Belum, ku mohon tak terjadi apa-apa” Kyungsoo semakin menggenggam erat jemari Minggi. “Maafkan aku. Ini salahku” gumamnya. “Ku mohon sadarlah”.

Kyungsoo, Minggi dan Baekhyun sudah berada di rumah sakit. Minggi segera mendapat pertolongan.

“Tolong tunggu diluar sebentar” ujar salah seorang perawat. Kyungsoo semakin gelisah.

“Kyung tenang saja, Minggi itu gadis kuat” Baekhyun menepuk pundak sang sahabat yang sudah ia anggap seperti adiknya itu.

“Hyung!” Panggil seseorang. Mereka menoleh. Sehun, Jong-in dan seorang wanita menghampiri mereka. Dibelakang mereka ada teman-temannya. Mulai dari Min-seok, Joon myeon, hingga yixing pun datang.

“Bagaimana keadaan Minggi?” Tanya Min-seok setelah sampai.

“Dia tak sadarkan diri Hyung” Kyungsoo menunduk dalam.

“Adakah keluarga pasien disini?” Tanya seorang dokter yang baru saja keluar.

“Aku suaminya dok” ujar Kyungsoo. Sang dokter mengangguk “Ikutlah denganku” Kyungsoo segera mengikuti sang dokter.

“Apa anda tau bahwa istri anda mempunyai trauma terhadap ketinggian?” Tanya sang dokter.

“Saya tau dok” ujar Kyungsoo.

“Eum, begitu ya. Dia tidak apa-apa hanya mengalami syok berat. Sepertinya ia teringat kembali pada kejadian dimana ia mengalami trauma itu. Dia akan segera pulih. Ia wanita yang kuat. Demamnya juga sudah turun. Hanya perlu istirahat beberapa waktu, tolong jaga dia baik-baik” sang dokter menepuk pundak Kyungsoo.

“Terima kasih dok” kyungsoo membungkuk hormat. Setelah dokter itu pergi Kyungsoo segera menghampiri teman-temannya.

“Bagaimana?” Tanya Baekhyun.

“Ia hanya syok, trumanya kembali muncul. Baek terima kasih jika tidak ada kau aku tak akan tau bisa bertemu lagi dengannya atau tidak” ujar Kyungsoo.

“Ey, santai saja Kyung. Minggi itu kan adik ipar ku juga, hanya saja aku heran kenapa ia bisa disana. Dan ketika aku melihatnya tadi pergelangan tangannya terdapat ruam merah akibat ikatan tali” ujar Baekhyun.

“Benarkah? Aku tak memperhatikannya” Kyungsoo semakin termenung, sebenarnya apa yang sudah wanitanya alami hingga seperti ini.

“Soal itu Hyung, kami tau siapa pelakunya” ujar Jong-in. “Seulgi-ya perlihatkan video itu” ujar Jong-in. Gadis dengan mata sipit itu mendekati Kyungsoo dan menunjukan handphone nya.

Mata Kyungsoo terbelalak, “Maaf tidak memberitahukannya lebih cepat. Aku berusaha mencari mereka berdua agar bisa mengatakan ini padamu” ujar Seulgi.

Kyungsoo mengepalkan kedua tangannya. “Keparat” rutuknya. Matanya sudah berkilat penuh emosi. Sehun menarik Seulgi mundur.

“Kyungsoo apa yang terjadi?” Kedua orang tua Kyungsoo datang ke rumah sakit.

“Ibu, tolong jaga Minggi” ujarnya dan berlalu.

“Kau mau kemana anak nakal!” Teriak sang ayah.

“Ada hal yang perlu aku selesaikan!” Ujarnya tanpa berbalik. Mendengar suara sang anak sangat tajam. Tuan Do segera memberi isyarat pada Baekhyun, Chanyeol dan Jongdae untuk mengikuti anaknya.

“Kami permisi paman” ujar ketiganya. Kyungsoo akan berada di luar kendali jika sudah mengamuk.

“Jong-in apa aku melakukan hal yang salah?” Tanya Seulgi takut. Apalagi setelah melihat tatapan Kyungsoo.

“Kau sudah melakukannya dengan benar” ujar Jong-in menepuk kepala Seulgi sambil tersenyum.

“Singkirkan tanganmu dari kepalanya hitam!” Ujar Sehun tak suka.

“Tidak mau!” Yang ada Jong-in malah mengacak rambut Seulgi sambil meletakkan lidahnya pada Sehun.

“Yak!” Ini teriakan Seulgi dan Sehun.

“Ck, anak jaman sekarang” ujar Min-seok.

“Pelakunya anggota Minah kan?” Tanya Yixing.

“Benar” ujar Joon myeon.

“Sudah ku duga aku tak suka dia dari dulu. Apa yang akan terjadi padanya?” Tanya Yixing.

“Berharap saja dia akan selamat” balas Sehun dan Jong-in dengan smirk mereka. Sepertinya mereka sudah akur kembali.

“Ugh, ini dimana?”

“Minggi, kau sudah sadar nak”

TBC

Posted in fiksipenggemar

I Life With Satan Soo #16

​I Live With Satan Soo

Evina93 ©2018

Chapter/ PG 17

Do Kyungsoo, Shin Mingi, Bang Mianh

Marriedlife, Comedy, romance.

Chapter 16

Andaikan saja hari ini bukanlah hari terakhir mengumpulkan tugas kelompok, rasanya Mingi ingin tidur dan berdiam diri saja di kamarnya. 
Sialnya harapan itu tak akan terwujud, ia bisa saja membolos, tapi nilai Sehun dan Jongin juga ada di tangannya. Apalagi sedari tadi kedua manusia itu selalu mengiriminya pesan dengan isi menanyakan keberadaannya.
Mingi menghela nafas ketika melihat pantulan dirinya di cermin. Wajahnya terlihat sangat kacau dengan lingkaran hitam di bawah mata. Kepanya juga sedikit berdenyut akibat kurang tidur.
“Apa yang harus ku lakukan dengan ini?” ia bertanya pada dirinya sendiri sambil menunjuk matanya. Ia sudah memakai make up tapi masih terlihat. Matanya tidak sengaja menangkap pantulan kacamata bening di meja belajarnya. Tanpa berpikir panjang, ia meraih kaca berbingkai tersebut dan memakainya. Meraih tas dan buku yang akan ia gunakan untuk pergi ke kampusnya.
***
“Oh, kau akan pergi?” tanya Kyungsoo ketika melihat Mingi keluar dari kamarnya. Ia sedang menyiapkan sarapan.
‘Sial, kenapa harus bertemu dengannya’ rutuk Mingi.
“Ya” tanpa bicara panjang lebar Minggi berjalan menuju pintu keluar. Ia mengambil salah satu sepatu. 
“Kau tidak sarapan? Kau belum menyentuh apapun semenjak semalam” ujar Kyungsoo yang entah sejak kapan sudah berada di belakang Mingi.
“Tidak, aku pergi” setelah memakai sepatu ia bernajak kepuar rumah.
“Hati-ha (Blam) ti” belum selesai Kyungsoo berucap pintu itu sudah tertutup dan sosok yang ia rindukan semejak kemarin menghilang.
Kyungsoo bukannya tidak peka jika Mingi bersikap dingin padanya akhir-akhir ini. Bahkan ia merasa Mingi sudah membuat dinding penghalang agar ia tidak bisa mendekatinya. Terbukti dari tingkahnya tadi.
Kyungsoo mematung, pandangannya masih tertuju pada pintu di depannya. 
*** 
“Akhirnya~” Jongin dan Sehun kompak berujar setelah netra mereka menakap sosok Mingi yang sedang berjalan menuju mereka.
“Apa yang kalian lakukan disini? ayo masuk” ajak Mingi sambil melewati mereka ia bergerak menuju kelasnya.
Sehun dan Jongin dibuat melongo.
“Yak!” Jongin berteriak.
“Kami menunggumu bodoh!” Sehun dengan wajah bersungut menyusul Mingi diikuti Jongin dibelakngnya.

Mereka sudah berada di kelas. Kursi belakang, itulah tempat yang mereka pilih.
“Kau membawanya bukan?” tanya Jongin.
“Tentu saja! jika tidak kita bisa terancam” ujar Mingi sambil menaikan kacamatanya. Sehun mengerenyit.
“Sejak kapan kau pakai kacamata?” tanya Sehun.
“Ah ini” Mingi memegang tangkai kacamatanya. “Mataku seperti mata panda karena mengerjakan tugas ini” jawab Mingi dengan berbohong.
“Bukan karena menangis semalaman kan?” ejek Jongin.
“Yak!” 
“Selamat pagi semua” sapa sang dosen yang sudah memasuki ruangan. Semua sudah duduk pada tempatnya.
“Awas saja kau Jong” Mingi mengangkat tangannya seperti akan memberi pukulan.
Sedangkan sang objek kemarahannya malah menjulurkan lidah.
*** 
“Astaga kepalaku rasanya pusing, untung saja nilai kita tak terlalu buruk” ujar Jongin. 
Jongin, Sehun dan Mingi sedang berjalan menuju kantin.
“Kau berlebihan” ujar Mingi.
“Otakmu saja yang tak mampu menampung informasi terlalu banyak” ejek Sehun.
“Berkacalah pada dirimu juga tuan Oh” balas Jongin.
“Hentikan” Mingi yang berada di tengah-tengah kedua orang itu merasa risih. Apalagi kepalanya semakin terasa berat dan ia sangat lemas. Perutnya juga minta asupan. “Aku lapar, ayo pesan sesuatu” Mingi berjalan lebih dulu.
“Tapi kau yang traktir” ujar Sehun.
“Kenapa aku?” Mingi berbalik sambil mengerenyitkan dahi.
“Sekali-kali, dasar pelit” jawab Jongin.
“Baiklah-baiklah” ujar Mingi.
“Yay!” girang Sehun dan Jongin. Kau belum tau saja Mingi jika uang sakumu bisa terkuras.
“Bukankah itu Kyungsoo Hyung, Kenapa ia bersama Minah?” Sehun menunjuk arah Kyungsoo berada. Gerakan Mingi terhenti sekejap. Seolah tak melihat Kyungsoo ia kembali menghampiri penjual makanan. 
“Bibi, aku pesan 3 Bibimbab ya?” pesan Mingi sambil tersenyum.
“Mingi, kau baik-baik saja?” tanya Jongin.
“Memangnya aku kenapa?” Mingi malah bertanya kembali.
“Itu, Kyungsoo Hyung dan Minah” jawab Sehun.
“Aku tak peduli” ujarnya santai. Sehun dan Jongin mengerenyit.
“Ini pesanannya” Bibi penjual menyerahkan 3 porsi makanan.
“Terima kasih” Mingi mengambil nampan pesanannya.
“Ayo makan, kenapa bengong saja. Tidak jadi di traktir nih?” tanya Mingi.
“Ah, tentu saja jadi” Jongin yang sudah sadar kembali mengikuti Mingi.
“Sehun, ayo!”
“Ah, ya tunggu aku!”
Kyungsoo melihat itu, walau Mingi mengacuhkannya setidaknya ia sedikit bernafas lega. Karena Mingi sudah mau menyentuh makanan.
“Kyungsoo, aku ingin kimbap” ujar Minah.
“Kau bisa membelinya sendiri” balas Kyungsoo.
“Kau lupa kakiku ya?” Kyungsoo menghela nafas. Mau tak mau Kyungsoo beranjak. Minah tersenyum puas. Ia sedikit melirik pada Mingi dan tersenyum remeh.
“Bukankah sudah ku katakan Kyungsoo itu milikku” guamamnya.
*** 
“Ah, aku lupa minumannya” Mingi beranjak berdiri. “Kalian mau apa? biar aku pesankan sekalian”.
“Tak perlu ku bilang kau tau apa favoritku” ujar Sehun yakin.
“Cih, percaya diri sekali” Mingi beralih pada Jongin. “Kau?”.
“Apapun yang terpenting kau yang traktir”. Jongin tersenyum lebar.
“Tampang kalian saja yang rupawan tapi sukanya geratisan” ejek Mingi dan pergi dengan cepat sebelum terkena amukan kedua temannya.
“Yak!!” teriak keduanya.
*** 
“Terima kasih” Mingi membawa 3 minuman di tanganya. 
Bruk brugh
“Akh, kakiku. Apa yang kau lakuakan huh? bajuku jadi basah!” bentak Minah.
Mingi yang terjatuh dan terbentur meja. Beranjak berdiri. Ia memegang samping kepala sebelah kanannya sambil meringis.
“Apa yang terjadi?!” Kyungsoo yang baru saja tiba meletakan makanannya di meja dan menghampiri Minah.
“Kau tak apa?” Jongin dan Sehun membantu Mingi.
“Dia menjatuhkan Minuman padaku! kakikku juga diinjaknya! apa sebegitunya kau membenciku?!” Minah memasang raut sedih dan merajuk pada Kyungsoo.
“Apa?! Dia yang menjulurkan kakinya!” bentak Mingi. 
“Hentikan!” Bentak Kyungsoo. “Mingi minta maaflah” ujranya kemudian.
“Kenapa aku??!!!!” Mingi melotot tak terima. Minah tersenyum mengejak dibelakang Kyungsoo. Mingi semakin geram ketika melihat itu. Kyungsoo memang tak bisa melihat sikap Minah sekarang padanya. Hanya saja Sehun dan Jongin yang melihat itu tercengang.
“Karena kau yang salah” lanjut Kyungsoo.
“Kau lebih mempercayainya!” ujar Mingi. Minah semakin tersenyum senang. 
“Kau sudah salah jadi kau yang meminta maaf” Kyungsoo menatapnya tajam tanpa mendengar penjelasan Mingi terlebih dahulu.
Mingi menunduk, tak lama suara tawa disertai dengusan terdengar darinya “Aku lupa jika kau lebih percaya padanya”.
“Bukan be”
“Dengar ya Do Kyungsoo-sii, jika bukan salahku aku tak akan meminta maaf. Permisi”. Mingi memotong perkataan Kyungsoo. Pergi dari tempat itu adalah pilihannya. Ia melewati Kyungsoo dengan menabrak bahunya. Ia sudah muak.
“Hyung kau, ah sudahlah. Mingi tunggu aku!” Sehun mengejar Mingi.
“Kau keterlaluan hyung. Kau akan menyesal” Jongin melakuakan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Mingi tadi.
Kyungsoo menghela nafas. Bukan ini akhir yang dia inginkan. Sejenak tadi ia tertegun melihat sikap Mingi. Dan air mata itu kembali mengalir karenanya. Ya, sekilas ia melihat air mata Mingi ketika wanita itu menabraknya.
“Kyungsoo aku .. ”
“Kau bisa membersihkan dirimu sendiri kan Minah. Aku perlu waktu sebentar” Kyungsoo duduk di salah satu kursi kantin.
“Eum baiklah” Minah mengambil tongkat penopangnya. Dan berjalan menjauh dari kantin.
*** 
“Jika ingin menangis ya menangis saja” ujar Sehun. Mereka sedang berada di UKS. Jongin dan Sehun yang menyeretnya ke tempat ini.
“Ah, aku sudah menemukannya” Jongin membawa kotak P3k. 
“Siapa yang ingin menangis?” Mingi malah bertanya pada Sehun. 
“Kemari, kau harus diobati” Jongin yang sudah menuangkan sedikit alkohol pada kapas mendekati Mingi.
“Kenapa kalian mengobatiku?” entah efek terbentur atau apa. Mingi semakin menyebalkan. Hal itulah yang ada dipikiran kedua pria di hadapan Mingi.
“Ck” Jongin segera mengarahkan kapas di tangannya pada pelipis Mingi yang mengeluarkan darah.
“Ah ah, yak pelan-pelan” Mingi memukul-mukul lengan Jongin.
“Cih, tadi saja seperti orang kuat baru segini malah berteriak sakit. Selesai” Jongin sudah menempelkan plester bergambar pororo pada pelipis Mingi.  Yang diejek memanyunkan bibirnya.
“Haha . . darimana kau mendpatkannya?” tanya Sehun sambil menunjuk plester di muka Mingi.
Jongin menyengir, “Tasku tadi, sepertinya milik ponakanku tertinggal kemarin”.
“Yang benar?” alis Sehun terangkat satu.
“Sungguh” jawab Jongin. Mingi yang penasaran dengan sikap kedua pria itu membuka suara.
“Memangnya plester apa yang kau pasang?” tanya Mingi.
“Lihat saja sendiri” Sehun menunjuk cermin kecil di dekat meja.
“Kim Jongin sialan!” rutuk Mingi.
“Hahahah”
**** 
Minah berjalan di lorong yang sepi. Ia melihat kanan dan kirinya. “Menyusahkan saja”. Ia membanting tongkatnya dan berdiri sempurna. Meraih benda di dalam tasnya dan menempelkannya di telinga.
“Hallo”
” . . ”
“Jalankan rencana ke 2” 
“. . ”
Minah menutup telponnya. Ia mengambil tongkat yang ia jatuhkan tadi. Berjalan biasa tanpa merasa sakit ke dalam toilet. “Cih, gadis sialan. Aku harus membersihkan ini. Tapi tak apa. Yang terpenting Kyungsoo menjadi milikku” ujarnya.
Tanpa ia sadari ada seseorang yang merekamnya.
**** 
“Akh sial, kepalaku semakin sakit. Perutku juga lapar” Mingi terus saja menggerutu. “Gara-gara wanita itu aku jadi tak bisa makan!”.
Mingi sedang berjalan menuju perpustakaan. Ia disuruh oleh dosen Ahn untuk mengembalikan beberpa buku. Jangan tanyakan kemana Jongin dan Sehun. Mereka dengan tak berpripertemanan menelantarkan Mingi membawa buku-buku tebal ini. Alasannya? Perpustakaan membuat mereka alaergi. Cukup ketika tugas saja.
“Jong-hun sialan, Akan ku buat perhitungan nanti. Akh, kenapa buku-buku ini berat sekali!”.
Byur
“Astaga” Mingi yang kaget tiba-tiba tersiram menjatuhkan semua buku-bukunya. Tanpa sempat melihat sang pelaku. Pandangannya tiba-tiba menghitam dan ia terjatuh. Seseorang memukul tengkuknya.
“Kau tidak membuatnya mati kan?!” Tanya salah satu pelaku.
“Tentu saja tidak!, aku hanya membuatnya pingsan”.
“Kerja bagus” Mereka ber high five. Dan membawa Mingi dari sana sambil memastikan tak ada yang melihat.
**** 
“Hun, Mingi mengirim pesan. Katanya kita pulang duluan saja” Jongin memperlihatkan ponselnya.
“Aneh sekali. Biasanya anak itu akan mendatangi kita dengan amukan. Terutama setelah kita meninggalkannya tadi” Sehun mengerenyit.
Jongin mengangkat kedua bahunya. “Mungkin dia masih membantu dosen Ahn” Tebak Jongin.
“Mungkin saja, Aku malas pulang. Bagaimana jika kita bermain game pc dulu?” ajak Sehun.
“Ayo, sudah lama aku tak main”.
**** 
“Astaga kemana anak itu? kenapa belum pulang”. Kyungsoo berjalan kesana kemari di dalam apartemennya. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam saat ini.
Ia sudah menghubungi Luhan. Tapi Luhan bilang Mingi tak ada disana. Handphone Mingu juga sedari sore tak bisa dihubungi.
Kyungsoo menekan nomor Jongin. Ia berharap Jongin mengangkat telponnya setelah kejadian di kantin tadi.
Tak lama setelah nada tunggu akhirnya seseorang di sebrang sana mengangkatnya. Kyungsoo bernafas lega.
“Ada apa kau menelphoneku? aku masih marah padamu” ujar Jongin.
“Maafkan aku”
“Jangan Minta maaf padaku tapi pada Mingi. Ia istrimu yang harus kau jaga. Tapi kau malah membuatnya terluka”.
Apa yang dikatakan Jongin benar “Karena itu aku menelphonmu Jong” Balas Kyungsoo.
“Kenapa aku?”
“Apa Mingi bersamamu?” tanya Kyungsoo.
“Tidak”
“Jangan main-main Jong”.
“Aku bicara fakta”
“Sehun?”
“Ia bersamaku sejak tadi” 
Kyungsoo semakin khawatir. 
“Apa Mingi belum pulang karena membantu guru Ahn?” tanya Jongin.
“Tidak mungkin, ini sudah terlalu malam”.
“Apa Mingi bisa dihubungi?” Kali ini suara Sehun terdengar. Sepertinya ia merebut ponsel Jongin.
“Tidak”
“Aneh sekali, tadi dia mengirim kami pesan untuk pulang duluan” Balas Sehun.
“Kapan itu?”
“Pukul 4 sore” Balas Jongin. Sepertinya mereka mngaktifkan mode speaker.
“Apa?! aku akan mencarinya, jika ia menghubungi kalian segera hubungi aku”.
“Kami akan membantu”.
Tak lama sambungan itu berakhir. 
Kyungsoo segera meraih jaketnya dan berlari tergesa sambil terus menghubungi Mingi.
“The number you are calling is busy”
“Sialan”.
Kyungsoo mengusap kasar wajahnya. Ia sangat khawatir. Perasaannya sangat buruk.
“Kau dimana?” gumamnya.
TBC
ada yang masih nunggu ini?

Posted in fiksipenggemar

Game


                        ​©2018 / Oneshoot

Byun Baekhyun & Bae Joohyun
Other cast tebak sendiri.

Bae Joohyun itu semangat juangnya tinggi, keras kepala dan tidak mau kalah.

Dan Baekhyun seseorang yang tidak ingin mengalah. Namun apakah hal ini berlaku pada Joohyun?

—-

Pagi ini suasana di sekolah begitu ramai. Jangan berburuk sangka, mereka bukan sedang tauran. Sekolah mereka sedang mengadakan pekan olahraga.

Beberapa murid sedang bersiap, ada yang sedang melakukan pemanasan juga. Di sudut lapangan Baekhyun sedang melakukan pemanasan, teman satu kelompoknya malah menertawakan tingkah Baekhyun. Pasalnya Baekhyun melakukan pemanasan berbeda dengan yang lain. Jika yang lain melakukan peregangan otot, beda halnya dengan Baekhyun yang melakukan peregangan suara. Ia bilang, teriakan juga bisa membuat bersemangat. Entah teori dari mana yang ia dapat.

“Berhenti berteriak! kau membuat bising” Joohyun tiba-tiba muncul sambil menutup telinga.

seketika mulut Baekhyun terkatup namun tak lama kemudian senyum mengejek terpampang di wajahnya.

“Apa pedulimu, itu hak ku. Jangan katakan jika kau takut kalah olehku di pertandingan nanti?” Senyum ejekan semakin terpampang di wajahnya.

Teman- teman yang lain?

Mereka tidak ada yang berani melerai jika Baekhyun sudah berurusan dengan Joohyun. Akan panjang urusannya. Jadi biarkan saja hingga mereka lelah sendiri.

“Takut? tentu saja tidak. Lihat saja nanti” Joohyun berbalik meninggalkan Baekhyun dan kawanannya.

“Jangan sampai terluka ya Nona Bae!” teriak Baekhyun dengan melambaikan tangannya.

“Baek, kau kekanakan” ujar teman mata bulatnya.

“Mengganggu dia itu menyenangkan Soo” yang diajak bicara hanya menggelangkan kepala.

“Terkadang aku heran padamu. Kau menyukai Joohyun tapi membuatnya membencimu” ujar Jongdae sambil menyeruput minumannya.

“Benci dan cinta itu hanya berbeda tipis Dae-ya” Baekhyun membuat gestur kecil dengan jarinya.

“Terserah katamu lah Baek” Jongdae sudah menyerah dengan anak ini.

“Tapi Baek, jangan terlalu membuatnya membencimu” sambung Kyungsoo.

“Memang kenapa?” Baekhyun mengedipkan kedua matanya bingung.

“Karena suatu saat bisa saja dia benar-benar meninggalkanmu karena muak” jawab Kyungsoo.

“Akan ku pastikan itu tak akan terjadi!” tegas Baekhyun.

“Percuma saja kau menasehatinya Soo, otak anak ini sudah bebal” Chanyeol yang entah datang darimana dengan penuh keringat menoyor kepala Baekhyun. Kemudian merebut minuman Jongdae dan meneguknya hingga habis.

“Yak!” teriakkan melengking keluar dari kedua manusia itu.

***

“Joohyun kau sudah siap?” tanya teman perempuannya.

“Kapanpun. Kita tidak boleh kalah oleh kelompok mereka” ujar Joohyun dengan membara.

“Ey, santai saja ini hanya pertandingan biasa” ujar temannya.

“Ini tidak akan menjadi biasa jika berhubungan dengannya” ujar Joohyun.

Temannya hanya menghela nafas. Mereka sudah hafal dengan sifat Joohyun jika sudah menyangkut Baekhyun. Padahal ini hanya lomba lari estafet antar kelas.

***

“Wah, kau pelari terakhirnya?” tanya Baekhyun. Mereka sudah berada di posisi masing-masing.

“Jangan meremehkan kemampuanku karena aku wanita!” hardik Joohyun.

“Memangnya kau wanita?” ejek Baekhyun.

“Yak!”

“Haha”

“Jieun ayo cepat!” Joohyun berteriak pada pelari estafet ke 3.

“Kyung, kau ini siput atau apa!” ejek Baekhyun.

“Berhenti berteriak BYUN!” suara Kyungsoo menggelegar walau terpotong potong karena lelah.

“Ish” Baekhyun kembali beralih pada Joohyun.

“Ya” panggil Baekhyun.

“Apa?” Joohyun hanya mengerlungkan matanya sekilas.

“Ini terlalu biasa. Bagaimana jika kita membuatnya menjadi menarik” tawar Baekhyun.

“Maksudmu?” Joohyun mengerenyigkan dahinya.

“Taruhan” Jawab Baekhyun. “Jika kau kalah, kau harus menjadi budakku selama seminggu. Begitu pula sebaliknya” tawar Baekhyun.

Joohyun berpikir sesaat. Ia menyunggingkan senyum iblisnya. “Baiklah. deal” mereka bersalaman.

‘asa!’ teriak Baekhyun dalam hati. Bae Joohyun kau lupa dengan siapa kau berurusan.

***

Pelari ke empat hamir tiba, Baekhyun dan Joohyun mulai bersiap. Setelah menerima tongkat merka berlari sekuat yang mereka bisa. Sorakan teman sekelas mereka bagaikan penyemangat.

Jarak Joohyun dan Baekhyun hanya berbeda tipis.

“Aish” Joohyun berusaha menambah kecepatannya. Ia mengerahkan seluruh kemampuannya. Tinggal 150 meter lagi. Joohyun meyakinkan dirinya.

“Ah” Joohyun terjatuh.

Baekhyun yang sudah berada di depan melihat kembali ke belakang. Ia bimbang. Ia menurunkan sedikit kecepatannya. “Bangkitlah, ayo ku mohon” gumam Baekhyun.

Joohyun yang semangat juang tinggi dan tak ingin menyerah kembali bangkit. Namun ia merasakan sesuatu yang berbeda di pergelangan kakinya. Ia sedikit meringis namun berusaha menahannya.

“Ayo Joohyun kau pasti bisa”.

“Berhentilah jika kau tak mampu!”

“Jangan memaksakan diri Joohyun”.

Begitulah teriakan teman-temannya. Seakan tuli Joohyun kembali berlari. Ia melihat Baekhyun sudah jauh. Entah Baekhyun yang melambat atau ia yang berusaha sangat keras. Jaraknya sekrang dengan Baekhyun hanya kurang dari 1/2 meter.

“Ya Byun, apa yang kau lakukan! Kau hanya membuang waktu!”.

“Apa yang kau lakukan cepatlah!”

Tak peduli dengan tanggapan teman sekelasnya. Baekhyun sekarang malah berlari di tempat.

setelah Joohyun berada pada posisi yang sama dengannya kembali ia berlari namun tidak secepat sebelumnya. Malah terkesan ia melakukan jalan cepat.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Joohyun setelah berhasi menyamai posisinya dengan Baekhyun.

“Tidak akan menarik jika aku pergi lebih dulu dengan kondisimu saat ini. Nah mari kita mulai lagi”.

Joohyun mendengus. Kakinya semakin terasa sakit. Baekhyun yang menyadari itu berusaha memikirkan sesuatu.

Tinggal 1 meter lagi maka ia berhasil menggapai garis akhir hanya saja . .

“Astaga, tali sepatuku” ujarnya kemudian berjongkok membenarkan tali sepatu.

“Byun Baekhyun apa yang kau lakukan!”.

“Akan ku hajar kau Baek!”

Begitulah teriakan teman-temannya.

Joohyun sudah melewati Baekhyun. Seakan tak melihat Joohyun. Ia masih dengan santai menalikan sepatunya.

“Finish!!!” Teriak Joohyun.

“Oh astaga!” Baekhyun terlihat kaget.

Joohyun langsung dihampiri teman-temannya. Ia disambut dengan meriah.

Baekhyun juga dihampiri teman-temannya namun dengan aura berbeda. “Haha tenang teman-teman, aku bisa jelaskan” Baekhyun menggaruk belakang kepalanya dan mundur selangkah.

“Byun Baekhyun!!!” teman-teman Baekhyun mengejarnya karena ia sudah berlari untuk kabur.

“Maafkan aku!!!” teriak Baekhyun sambil berlari.

***

“Dia selalu membuat kehebohan” ujar salah satu teman Joohyun.

“Aku tak peduli, ah” Joohyun sedikit oleng.

“Kau baik-baik saja?” tanya temannya.

“Hanya sedikit nyeri” Joohyun meringis.

“Ya” kedua orang tersebut menoleh pada asal suara.

“Kau kalah Baek, jadi untuk satu minggu kau harus menjadi budakku” Smirk Joohyun setelah mengetahui siapa pemilik suara tadi.

“Baiklah, apa boleh buat” Baekhyun mengedikan kedua bahunya. Ia berjalan menghampiri Joohyun. Kemudia menggendong Joohyun di pundaknya seperti karung beras.

“Ya ya apa yang kau lakukan turunkan aku!” titah Joohyun.

“Sebagai budak yang baik bukankah aku harus merawat majikanku yang sedang sakit. Jadi diamlah Nona, akan ku rawat dirimu” Baekhyun berujar santai dengan tersenyum menuju ruang UKS.

Teman Joohyun tadi hanya bengong di tempatnya.

“BYUN BAEKHYUN TURUNKAN AKU!!!”.

END

Tunggu tunggu . .

Epilog

Kyungsoo, Jongdae dan Chanyeol berdiri tak jauh dari Baekhyun dan Joohyun.

“Kau lihat itu kan Soo?, anak itu memiliki seribu satu cara jika berhubungan dengan Joohyun” Ujar Chanyeol.

“Terkadang aku bingung dengan jalan pikiran Baekhyun” Kyungsoo menggelengkan kepalanya.

“Kau tak perlu bingung Soo, isi otak Baekhyun itu hanya Joohyun tak ada lagi” Balas Jongdae.

“Kau benar” ujar mereka kemudian tertawa bersama.

True End

Hai semua, aku bawa cerita lain dari dua anak adam ini.
Semoga kalian suka.
“Kalau suka jangan lupa Like!, comment juga boleh!” – Baekhyun pake toa.
“Berisk lu Baek”- Author jejelin mulut Baekhyun pake kaos kaki Chen.

Terima kasih Semua.
Xoxo
Author.

Posted in Uncategorized

Tugas


Tugas

Evina93 @2018

Oneshoot / PG 15

Schoollife, Au.

Byun Baekhyun dan Bae Joohyun.
Jika saja Joohyun bisa memilih ia tidak ingin satu kelompok dengan makhluk itu. Sayangnya kehendak sang kuasa yang melibatkan sosok gurunya membuat ia tidak bisa mengelak.
Jika itu Jongdae, Chanyeol bahkan Kyungsoo yang berwajah datar sekalipun ia tidak akan menolak. Namun sayang seribu sayang gurunya lebih memilih seorang Byun Baekhyun.
Kenapa Joohyun tidak ingin satu kelompok dengan Baekhyun? 
Maka Joohyun akan menjawab Byun Baekhyun itu menyenangkan tapi tidak bagi dirinya. Baekhyun itu pria yang sopan tapi tidak padanya. Baekhyun itu bisa mencairkan suasana, namun bagi Joohyun Baekhyun itu perusak suasana hatinya. 
Mungkin Jika Joohyun membuat daftar apa saja yang di bencinya maka Byun Baekhyun menduduki peringkat teraras. Pernah ia berpikir akan membeli buku ‘Death note’ dan mencatat nama Baekhyun di buku itu. Hanya saja itu sebuah angan, karena itu hanya bisa terjadi pada serial anime yang ditontonnya.
“Hh . .” Joohyun mengeluarkan nafas beratnya.
“Kenapa kau menghela nafas?, seperti banyak pikiran saja” Ujar seseorang yang sudah berada di samping mejanya dengan sebelah tangan yang memegang tali tasnya.
Joohyun mendongak dan ia kembali menghela nafas.
‘Itu juga karenamu bodoh’
“Kenapa kau menatapku seperti itu? jangan katakan jika kau terpesona olehku” ujarnya dengan menaikkan sebelah alisnya.
“Hanya dalam mimpimu tuan Byun!” ujar Joohyun setelah berdiri sempura dan mengambil tasnya.
“Ya ya kau mau pergi kemana huh?” Baekhyun menunjuk-nunjuk Joohyun yang sedang berjalan menuju pintu kelas.
“Pulang” ujar Joohyun.
Baekhyun melebarkan kedua matanya dengan cepat ia menuju ke arah Joohyun dan memegang tangannya.
“Yak!” teriak Joohyun setelah Baekhyun berhasil menahannya.
“Berhentilah berteriak. Kau tidak boleh pulang. Kita harus mengerjakan tugas itu” Baekhyun membawa Joohyun keluar kelas tanpa melepaskan tangannya.
“Aku tidak mau! besok saja kita kerjakan, aku lelah” Joohyun masih berusaha melepaskan tangannya dari Baekhyun.
“Tidak, tidak, tidak. Jika aku membiarkanmu sekarang maka besok pun kau akan menghindar dariku” Baekhyun tidak memperdulikan Joohyun yang merengek di belakangnya. Pegangan tangnya pada tangan Joohyun malah semakin erat.
“Yak! Byun Baek menyebalkan!!” Teriak Joohyun. Ia tak peduli jika suaranya bergema sepanjang koridor atau orang lain menganggapnya aneh. ia hanya ingin lepas dari makhluk bernama Byun Baekhyun.

Joohyun mentap Baekhyun dengan penuh benci. “Berhenti menatapku seperti itu. Duduk dan ambil beberpa buku untuk referensi kita”. 
Tanpa banyak bicara Joohyun meletakan tasnya dan menuju salah satu rak di perpustakaan.
Baekhyun menyunggingkan sebuah senyum tanpa Joohyun menyadarinya.

“Baekhyun keparat, aku membencinya” Joohyun terus saja menggerutu sepanjang ia mencari buku. Beberpa buku sudah berada di tangannya.
“Aku mendengarmu nona Bae” Bisik Baekhyun di telinganya.
“Astaga! menjauhlah dariku!” Joohyun mendorong tubuh Baekhyun. Membuat sang pria sedikit mundur dari tempatnya dengan terkehkeh.
“Sst, jangan berisik” Bisik pengunjung lain. Joohyun meringis. Ia menundukan tubuhnya dan memohon maaf. Ia menatap Baekhyun sebal dan meninggalkannya.
Joohyun duduk di samping tasnya beberpa buku yang tadi ia ambil sudah diletkan di atas meja. salah satu ia ambil dan mulai membukanya.
Tak lama Baekhyun juga duduk di hadapannya. Ia mengelurkan buku catatan miliknya.
“Apa tema yang akan kita usung?” tanya Joohyun tanpa mengalihkan tatapannya dari buku.
“Terserah” balas sang pria yang kini sedang memandangnya.
“Aku benci kata terserah Byun. Jadi berikan pendapatmu” ujar Joohyun pelan namun matanya sudah menatap pria dihadapannya dengan tajam seolah burung elang yang siap menerkam targetnya.
Sayangnya hal tersebut tak berpengaruh bagi seorang Byun Baekhyun. “Ck, merepotkan. Kita angkat tema Pengaruh Home Industi bagi ekonomi masyarakat”.
Joohyun mengangguk setuju, ide pria itu cemerlang juga.
“Kau yang mencatat rangkumannya” titah Baekhyun.
“Apa? kenapa seperti itu?” Baekhyun memang selalu seenaknya. 
“Turuti dan kerjakan saja” bukan permintaan melainkan perintah yang keluar dari mulut pria itu.
Joohyun menggurutu tapi menuruti. Ia mengeluarkan buku catatan dan penanya.

“Menurutku ini layak untuk kita muat” argumen Joohyun.
“Itu sudah biasa” balas Baekhyun.
“Bagaimana dengan ini?” Joohyun menunjuk salah satu paragraf dalam buku.
“Terlalu sederhana” kembali Baekhyun berkomentar.
“Hh . . sedari tadi kau hanya berucap seperti itu. Kau tidak pernah menerima pendapatku dan selalu berakhir dengan pendapatmu. Jika begini kau kerjakan sendiri saja” Joohyun meletakan penanya dan menggeser catatannya pada Baekhyun. Kemdian ia mengemasi barang-barangnya kedalam tas.
“Kau mau kemana?” tanya Baekhyun.
“Pulang, aku sudah jengah” Joohyun menyelempangkan tali tas pada pundaknya.
“Baiklah, baiklah. Maafkan aku. Kita ambil pendapatmu juga. Aku hanya ingin nilai sempurna”. ujar Baekhyun.
“Jadi maksudmu opiniku selama ini tidak akan menghasilkan nilai yang sempurna?!” Joohyun sudah mengepalkan telapak tangannya.
“Bukan begitu!” teriak Baekhyun.
“Kalian yang berada disana! harap tenang, jika tidak keluar saja!” ancam salah satu penjaga.
“Maafkan saya” Baekhyun membungkuk meminta maaf.  Ia menghampiri Joohyun. Menariknya untuk duduk kembali dan ia duduk disampingnya. Menghlau Joohyun untuk pergi. Karena saat ini posisi Joohyun terhimpit oleh dinding dan Baekhyun.
“Duduk dengan tenang dan kita kerjakan bersama. Aku minta maaf”. Baekhyun menatap Joohyun tepat pada matanya.
“Cih” Joohyun kembali menyimpan tasnya. “Kau menyebalkan”.
“Ya ya aku menyebalkan” gumam Baekhyun tanpa melihat Joohyun, ia mengambil buku catatan dan pena Joohyun yang berada di sebrang tempatnya berada saat ini. Dan menyerahkannya kembali pada Joohyun.
“Kau keras kepala” kembali Joohyun berkomentar.
“Tapi aku tampan” ujar Baekhyun dengan percaya dirinya.
Joohyun meringis, pria disampingnya terlalu percaya diri. Tapi sisi terkecil diri Joohyun sedikit megakuinya. Hanya sedikit, catat itu.
“Mari kita lihat” Baekhyun mengambil salah satu buku. “Bagaiman dengan ini?” tanya Baekhyun.
“Eum, aku setuju” Joohyun kembali mencatat. 
“Tulisanmu jelek sekali” Oh Baek, kau menumpahkan minyak pada apinyang akan redup.
“Jika begitu, tulis saja sendiri” Joohyun menggeser buku catatannya pada Baekhyun.
“Sayangnya tanganku sedang sakit” Baekhyun mengelus tangan kanannya.
“Kau hanya mencari alasan”.
“Tidak”.
“Cih, jangan menghina tulisanku atau kau rangkum saja sendiri!” gertak Joohyun.
“Astaga, galak sekali. Baiklah aku akan diam” Baekhyun membuat gestur mensleting bibirnya dan menutupnya dengn rapat.
Joohyun hanya menggelengkan kepala dengan tingkah Baekhyun. Ia kembali menulis.
Memang sifat Baekhyun yang tidak bisa diam, tangannya selalu saja berbuat usil. Dan berkahir dengan tanganya yang menyenggol susu kotak yang sudah terminum setengah di sampingnya.
“Astaga” Joohyun berdiri dari tempatnya.
“Oops”
Joohyun memandang buku catatannya tak percaya, pekerjaan yang selama ini ditulisnya hancur sudah terkena isi dari kotak minuman itu.
Ini sudah lebih dari batas kesabaran Joohyun jika disamping Baekhyun. Ia menatap Baekhyun dengan tajam. Kemudian mengambil tasnya, mendorong tubuh Baekhyun hingga pria itu jatuh dari kursinya. 
“Kerjakan semua sebdiri! aku sudah tak perduli lagi dengan nilai” dan setelahnya Joohyun benar-benar pergi dengan membawa amarnya pada Baekhyun.
Dilain sisi sang pria malah menunjukan senyum bahagianya. “Kenapa dia masih saja terlihat manis jika sedang marah” ujarnya pada diri sendiri.
“KAU YANG BERADA DI MEJA TIGA, KELUAR DARI PERPUSTAKAAN SEKARANG JUGA!”
END
Holla, maaf jika masih ada kekurangan di cerita ini. Saya suka ngeliat interaksi keduanya walau jarang haha . .

Tunggu cerita mereka lainnya ya. .
JANGAN LUPA BERI KOMENTAR DAN LIKE JIKA KALIAN SUKA, INGAT ITU – Baekhyun.
Berisik Lo Baek – Author geret Baekhyun.
Maaf dan terima kasih.

Annyeong🖐️

Posted in Uncategorized

I Live With Satan Soo Chapter 15

​I Live With Satan Soo

Evina93 @2018

Chapter /PG 16

Family, Romance, Au.

Do Kyungsoo (Exo), Shin Mingi (Oc), Bang Minah (G.Day)

Chapter 15
Walau biasa saja dihadapan Kyungsoo namu  hati Mingi tidak sedang baik-baik saja. Ia tidak ingin menunjukan kelemahannya. Keras kepala? memang itulah dia.
Mingi bekerja dengan pandangan kosong. Dan Luhan menyadari itu. pasti terjadi sesuatu pada Dongsaengnya. 
“Mingi kemari sebentar” titah Luhan. tanpa banyak bicara Mingi menghampiri Luhan dan duduk dihadapannya.
“Ceritakan padaku” tuntut Luhan. Mingi mengerenyit.
“Apa yang perlu aku ceritakan?” tanya Mingi bingung.
Luhan menghela nafas, inilah yang ia sebalkan dari Mingi. Ia selalu menutupi apa yang dirasakannya. Berjuang sendiri tanpa memperlihatkan kerapuhannya pada orang lain, berusaha tegar walau penuh luka. Itulah yang orang sekitarnya khawatirkan.
“Kau ada masalah dengan Kyungsoo kan?” tebak Luhan. Dan ia menjamin tebakannya benar melihat bagaimana ekspresi sesaat Mingi.
“Hanya perasaanmu saja Ge, aku baik-baik saja” ujar Mingi dengan senyum palsunya.
Tidak ingin membuat Dongsaengnya merasa tak nyaman Luhan akhirnya mengalah. Ia menepuk pundak Mingi “Jika ada apa-apa ceritalah padaku arra ?” Mingi mengangguk. Luhan mengusak rambutnya.
“Ehem” suara seseorang menghentikan gerakan Luhan. 
“Ups” ujar Luhan dan menjauh. 

Orang tersebut mendekat, Mingi memutar bola matanya. “Ada apa?” tanya Mingi sambil kembali bekerja.
“Apa yang kau lakukan dengan Luhan hyung ?” tanyanya.
“Tidak ada” jawab Mingi cuek.
“Do Mingi!” panggilnya dengan penuh penekanan.
“Ada apa Do Kyungsoo?” tanyanya balik.
“Jawab aku!” 
“Aku harus jawab apa? aku dan Lu Ge tak ada apa-apa, lagi pula dia itu kakakku” tekan Mingi. 
“Tetap saja dia itu lelaki” tekan Kyungsoo.
Mingi sudah lelah jika Kyungsoo seperti ini ia lebih memilih mengabaikannya. Tetapi lama-lama ditatap Kyungsoo pun membuatnya jengah.
“Ada apa kau kemari? hari ini kau libur kan?”. Kyungsoo mengangguk sebagai jawaban.
“Lalu?” tanya Mingi.
“Aku ingin mengajakmu pergi setelah kau selesai bekarja” Kyungsoo masih menatap Mingi dengan sebelah tangan yang menopang wajahnya.
“Tidak bisa” tolak Mingi.

seketika senyum Kyungsoo sirna.
 “Kenapa?” tanyanya.
“Aku harus mengerjakan tugas dengan Sehun juga Jongin” jawab Mingi.
“Kau lebih mementingkan mereka dibanding suamimu?” Mingi memutar kedua bola matanya jengah. Ia benci Kyungsoo yang merajuk seperti ini.
“Hentikan!, tentu saja aku lebih mementingkan tugasku. apa kau akan bertanggung jawab jika aku tertinggal nilai huh?”.
Kyungsoo beranjak dari posisinya “Kau menyebalkan” dan setelahnya ia pergi dari cafe. Mingi hanya berdecak melihat kelakuan Kyungsoo.
 Sedangkan Luhan diujung sana tertawa. Kapan lagi ia menyaksikan drama secara langsung.
***
Dan disinilah Kyungsoo sekarang. Menatap Mingi, Jongin serta Sehun dari meja belakang mereka. Mata elangnya terus mengawasi gerak gerik ketiga orang disana.
kenapa tidak duduk bersama saja? jawabannya Mingi mengusirnya. Ia bilang Kyungsoo hanya mengganggu. Bagaimana tidak mengganggu jika sepanjang mereka sedang berdiskusi Kyungsoo selalu saja ikut campur. Mereka tau Kyungsoo itu pandai hanya saja perkataan sarkas yang selalu menyertainya membuat mereka jengah. Bukannya membantu yang ada dia membuat tugas yang berusaha mereka kerjakan tidak selesai-selesai.
“Berhenti menatap kami seperti itu hyung, lama-lama kau bisa membuat lubang dengan tatapanmu itu!” tegur Sehun.
“Abaikan saja dia Hun” ujar Mingi tak memandang Sehun, matanya terus bertatapan dengan laptop dan buku.
“Kau bisa berkata seperti itu karena kau membelakanginya. Coba saja kau berada di posisi kami” kali ini Jongin mencoba bersuara. 
Jongin dan Sehun memang benar, karena posisi mereka yang berhadapan dengan Mingi membuat pandangan kedua orang tersebut langsung pada Kyungsoo yang sedang menatap mereka tajam.
“Hh” Mingi menutup bukunya dan berbalik menatap Kyungsoo.
Melihat Mingi yang berbalik seketika tatapannya menjadi melembut dan berbinar.
“Kau sudah selesai?” tanya Kyungsoo antusias.
“Pulanglah terlebih dulu. Aku masih lama” ujar Mingi.
Senyum di wajah Kyungsoo luntur. Apa sesusah ini mengajak Mingi pergi hanya berdua.
“Baiklah” Kyungsoo beranjak dari duduknya ia berjalan menghampiri Mingi, Sehun serta Jongin.
“Jangan pulang terlalu malam” Kyungsoo mengusak rambut Mingi. Tak ada reaksi lebih Mingi hanya diam menunduk tak memandang Kyungsoo tanpa berniat menjawab.
“Tolong jaga dia” ujar Kyungsoo pada Sehun dan Jongin. setelah melihat anggukan dari kedua dongsaengnya ia segera pergi. Sebelum keluar ia melihat kembali Mingi. Ia tidak bodoh, Kyungsoo tau dan sangat yakin bahwa Mingi sedang berusaha menghindarinya. 
Setelah tak ada lagi Kyungsoo kedua manusia berbeda pigment kulit itu segera menatap Mingi. 
“Kau menghindarinya bukan?” Jongin memulai introgasinya.
“Tidak” balas Mingi.
“Jangan berbohong, jelas-jelas tugas kita sudah selesai” Kali ini Sehun membuka suara.
Helaan nafas berat Mingi keluarkan. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
“Aku hanya sedang tak ingin dekat-dekat dulu dengannya” jawab Mingi.
“Apa ini karena kejadian Minah yang mencium Kyungsoo hyung?” tanya Sehun.
Mingi tentu saja kaget. Bagaiman Sehun tau. Tapi bukan Mingi saja yang kaget, Jongin juga.
“Hey Oh Sehun, apa ada yang tidak aku tau?” tanya Jongin.
“Akan ku jelaskan nanti Jong” ujar Sehun.
“Mungkin” jawab Mingi dengan menunduk.
Sehun menghela nafas. “Mingi dengarkan aku. Apa kau mencintai Kyungsoo hyung?” tanya Sehun.
“Entahlah, perasaanku belum pasti”.
“Hey, Mingi. Ku beri kau saran. Jika kau menyukai Kyungsoo hyung dan menganggap ia pantas untukmu maka perjuangkanlah. Namun jika hatimu berkata lain itu terserah padamu. Jangan sampai kau menyesal pada akhirnya. Aku hanya ingin melihat kedua orang yang ku sayangi bahagia” tutur Jongin dengan mimik serius.
“Akan ku pikirkan. Terima kasih Jong” ujar Mingi.
“Tak masalah, kau bisa cerita pada kami. Bukankah kita saudara” ujar Jongin kembali. 
“Waw, kemana perginya tuan Kim Jongin yang bodoh. Kenapa kau mendadak pintar Jong?” ejek Sehun.
“Sialan, kau cari mati ya tuan Oh!” Jongin segera mengapit leher Sehun dengan tangannya.
“Yak lepas uhuk uhuk” Sehun memukul-mukul lengan Jongin.
“Haha . . sudah hentikan. kalian ini seperti anak kecil” lerai Mingi.
Jongin dan Sehun yang mendengar tawa Mingi saling bertatapan.
“Nah begitu, tertawalah” ujar keduanya. Mingi kaget tak lama kemudian ia tersenyum.
*** 
Sepanjang perjalanan pulang Kyungsoo terus saja berpikir bagaimana cara agar Mingi tak menghindarinya lagi. 
Apa ia jujur saja soal Minah dan meminta maaf. Atau pura-pura seperti biasa saja.
Kenapa disaat ia membuka hatinya kembali dan ingin memperjuangkannya ada saja kejadian yang membuat hubungannya renggang dengan Mingi. Ia ingin menyatakan tapi takut dengan fakta jika Mingi tak memiliki rasa yang sama terhadapnya. Memikirkan hal ini membuatnya gusar hingga getaran handphone pada saku celana membuyarkan pikirannya.
Minah
Nama itulah yang tertera di layar. Kyungsoo malas mengangkatnya. Namun panggilan itu terus saja berulang.

Jengah, akhirnya Kyungsoo mengangkat panggilan itu.
“Ada apa?”
“Apa anda Do Kyungsoo?” ujar seseorang di sebrang sana.
“Benar. Bukankah ini nomor Minah?” 
“Benar. Hanya saja tuan Do nona Minah saat ini berada di rumah sakit”
“Kenapa menelponku? kau harusnya mengabari keluarganya bukan aku”
“Sudah kami coba, namun tak ada respon. dan kontak lain yang ada di telponnya hanya nomor anda”
“Merepotkan sekali. memangnya dia kenapa?”
“Dia baru saja terjatuh dari tangga”
“Apa?? aku akan segera kesana. Rumah sakit mana?”
“Seoul tuan” 
“Baiklah, aku akan kesana”

Kyungsoo segera menutup panggilannya dan menuju rumah sakit.
*** 
Mingi baru saja memasuki apartemennya ketika semua lampu masih padam. Ini tandanya Kyungsoo belum pulang.
Kemana perginya orang itu? pikir Mingi.
Ia memasuki kamarnya dan berganti pakaian.
Sebuah Hoddie dan celana trening ia pilih untuk dikenakan. Perut yang minta diisi membuatnya keluar kamar. Baru saja keluar pintu depan terbuka tanda seseorang masuk.
“Ah, kau sudah pulang?” tanya Kyungsoo ketika melihat Mingi. Ia menyimpan ranselnya dan berjalan menuju dapur. Ia membuka lemari pendingin dan mencari sesuatu.

Mingi membuka lemari atas untuk mengambil ramen. 
“Apa yang kau cari?” tanya Mingi berusaha membuka percakapan. Bagaimanapun juga ia sudah bertekad untuk berjuang.
“Bahan untuk membuat bubur” jawab Kyungsoo setelah mengambil beberapa sayuran di dalam lemari pendingin.
Mingi mengerenyit “Memang siapa yang sakit?” tanyanya.
“Minah” jawab Kyungsoo tanpa melihat Mingi.
Deg
Pergerakan tangan Mingi tertahan di udara. Sakit. Itulah yang ia rasakan.
“Oh” ujarnya berusaha tenang. Ia kembali menutup lemari atas dan beranjak dari dapur.
“Bukankah kau akan membuat ramen?” tanya Kyungsoo heran. Karena jelas-jelas tadi ia melihat Mingi akan mengambil ramen.
“Tidak jadi, sepertinya aku tak terlalu lapar” ujar Mingi kemudian memasuki kamarnya.
Setelah menutup pintu ia menundukan kepalanya, tanpa ia sadari kristal bening sudah meluncur bebas dari kedua indra penglihatnya.
“Kenapa ketika aku akan memulai langkah pertama kau sudah mendorongku dua langkah” gumamnya.
To be continue

Posted in action, exo, fanfiction, fiksipenggemar, Uncategorized

NEW LIFE #5

PicsArt_05-08-09.03.20

New Life

Evina93 @2018

Chapter / PG 16

Friendship, action, Au.

Do Kyungsoo (Exo), Oc.

Chapter 5

Kyungsoo menghampiri seseorang yang tergeletek dijalan itu, wajahnya sedikit memar. Anehnya pria berperawakan kecil ini bisa selamat dari kepungan beberapa pria besar yang sudah tergeletak tak berdaya disisi lainnya.

“Ck, merepotkan saja” Kyungsoo membopoh tubuh pria itu.

Baru saja beberapa langkah ia terhenti kembali “Aku tidak tau rumahnya. Hh . . apa boleh buat” ia kembali berjalan dengan susah payah.

“Kau berhutang banyak padaku Byun” dengusnya.

***

Joohyun sedang duduk menonton serial favoritnya ketika ia mendengar suara pintu terbuka. Ia segera beranjak dari sana menuju kedepan dengan menyilangkan kedua lengannya.

“Dari mana saja kau, YAK ANAK SIAPA YANG KAU HAJAR HUH?!” Bola mata Joohyun membulat sempurna, pasalnya sang adik pulang tidak sendiri. Bahkan dengan keadaan orang yang dibawanya pingsan dan sang adik sendiri babak belur.

“Jangan banyak bicara dan bantu aku!” Titah Kyungsoo. Joohyun segera membantu sang adik. Mereka membaringkan tubuh Baekhyun di sofa.

Kyungsoo meregangkan otot tubuhnya, “Tolong obati dia, aku ingin berganti baju dulu” Kyungsoo berjalan menuju kamarnya namuan sebelum mencapai gagang pintu ia mendengar suara sang kakak dengan nada yang serius.

“Kau berhutang penjelasan padaku” Ujarnya tegas tanpa mengalihkan pandangan mata tajamnya pada punggung sang adik.

“Hm, akan ku jelaskna nanti” Kyungsoo pun memasuki kamarnya.

Joohyun menghela nafas, pandangannya beralih pada seseorang yang sedang terbaring di sofa rumahnya. “Kau sangat beruntung dia menolongmu, sepertinya ia akan mempunyai banyak sahabat lagi” gumam Joohyun. “Cha, mari kita obati lukamu” Joohyun segera mengambil kotak P3K yang sudah biasa berada di rumahnya sejak kedatangan sang adik.

***

Baekhyun sedikit membuka matanya ketika merasakan perih di wajahnya, namuan yang ia lihat pertama kali adalah wajah seorang wanita. Dan ia kembali terlelap.

***

Kyungsoo keluar dari kamarnya dengan training hitam dan kaos hitam, “Kau sudah mengobatinya?” tanya Kyungsoo yang berjalan menghampiri dapur untuk mengambil segelas air.

“Um, dan sekarang giliranmu, kemari kau!” Joohyun menepuk tempat duduk disampingnya. Walau berdecak Kyungsoo dengan patuh menuruti sang kakak.

Joohyun mengolesi salep pada sudut bibir Kyungsoo yang berdarah “Kyung, dia temanmu bukan? Kenapa dia bisa seperti itu?” tanya Joohyun.

Kyungsoo sedikit meringis karena perih “Entahlah apa dia bisa disebut teman. Dia hanya satu sekolah dan satu kelas denganku. Untuk urusan lainnya aku tak tau” Kyungsoo menghela nafas “Aku hanya ingin menolongnya saja” ia melanjutkan sebelum Joohyun membuka suara. Sang kakak tersenyum samar, “Sudah selesai, beri dia selimut. Aku ingin tidur” Joohyun membereskan kotak P3K yang sudah dipakainya dan berjalan memasuki kamar.

Setelah mengambil selimut Kyungsoo segera menghampiri Baekhyun dan menyelimutinya. “Ku rasa besok akan terjadi kehebohan disini, bukankah begitu Byun?” ia bermonolog.

“Kyung” Kyungsoo menoleh pada kamar Joohyun, ketika sang kakak memanggilnya dengan menyembulkan kepalanya di balik pintu. “Pesananaku mana?” tanyanya.

Glek

‘Sial ku kira ia sudah lupa’ Batin Kyungsoo.

“Ah itu” Kyungsoo menggaruk belakang kepalanya sambil berjalan pelahan menuju pintu kamarnya.

“Itu apa?”

“Maaf aku meninggalkannya tadi”.

Brak

Kyungsoo segera menutup pintu kamarnya.

“Yak berandal kecil!”.

***

Matahari sudah berada ditempatnya ketika Baekhyun membuka kedua kelopak matanya. Ia melihat sekitar. Ini bukan kamarnya dan ini bukan rumahnya.

“Kau sudah bangun?” Baekhyun beralih pada asal suara. Di depan pintu sana seseorang yang berurusan dengannya kemarin.

“Kau yang membawaku kemari?” tanyanya dan dijawab anggukan oleh Kyungsoo.

Tanpa banyak bicara Baekhyun mencari tasnya dan beranjak dari sofa.

“Setidaknya ucapkan terima kasih pada adikku yang sudah menolongmu” ujar seseorang di belakang Baekhyun.

“Dia menolongku? Itu tidak mungkin” ujarnya remeh.

“YAK!”

“Sudahlah kak”lerai Kyungsoo.

Baekhyun menabrak bahu Kyungsoo dan keluar dari ruamh itu.

“Yak kenapa kau diam saja!” bentak Joohyun.

“Tidak apa-apa, aku hanya yah begitulah” jawabnya.

“Seharusnya kau biarkan saja dia mati kemarin” geram Joohyun.

“Aish mulutmu itu ckck” Kyungsoo menatap kakaknya. “Sudahlah aku pergi dulu” Kyungsoo memakai sepatunya.

“Jangan terlibat maslah lagi!” Ujar Joohyun.

“Aku tak menjamin hehe”.

***

Kyungsoo kembali memakai kacamatanya, ia sudah melupakan soal Baekhyun. Yang ia pikirkan saat ini loangboard milik Nari. Ia sudah berjanji menggantinya.

“Aku harus mencari kerja part time”.

“Kyungsoo-ya, Kyung tunggu aku!” Kyungsoo berbalik, ia melihat seseorang berperawakan tinggi berlari menghampirinya jika tak salah namanya Chanyeol.

“Kau Chanyeol kan?” tanya Kyungsoo.

“Wah kau langsung mengingatku” ujar Chanyeol berlebihan membuat Kyungsoo memutar kedua bola matanya yang dibalas cengiran lebar Chanyeol.

Mereka berjalan beriringan menuju halte. “Chanyeol, kau tau tempat kerja part time?” tanya Kyungsoo.

Chanyeol mengerutkan dahi “Kau ingin kerja part time? Untuk apa?”.

“Yah kau tau lah Nari, Longboard. Begitulah” Kyungsoo berkata tanpa menatap Chanyeol.

“Ah, aku paham” Chanyeol mengangguk – anggukan kepalanya. “Aku memang kurang tahu soal pekerjaan, kita bisa bertanya pada ahlinya nanti” Chanyeol menjawab dengan cengiran khasnya.

“Siapa?” tanya Kyungsoo.

“Sebentar lagi anaknya muncul”.

“Chanyeol-ah, Kyungsoo!!” panggil seseorang. Kyungsoo dan Chanyeol pun berbalik.

“Sudah ku bilang kan, dia akan muncul” ujar Chanyeol.

“Chan, kau benar-benar keturunan Chenayang ya?” tanya Kyungsoo membuat Chanyeol tergelak.

Sehun dan Jongin menghampiri mereka setelah berlari.

“Yo!” ujar mereka dan memberikan high five.

“Kyung wajahmu kenapa?” tanya Sehun menunjuk sudut bibir Kyungsoo.

“Ah, benar aku juga baru sadar wajahmu babak belur” Chanyeol akhirnya berhenti tertawa dan melihat Kyungsoo.

“Ah ini” Kyungsoo memegang sudut bibirnya. “Bukan apa-apa, Ya, Chanyeol kau bilang diantara mereka ada yang bisa membuatku mendapatkan kerja part time?”.

“Ah, benar” Chanyeol menepuk tangannya. “Jong, beritahu Kyungsoo tempat kerja part time. Kau kan ahlinya” Ujar Chanyeol.

“Kau ingin kerja part time?” tanya Jongin. Kyungsoo mengangguk.

“Baiklah, kau ingin kerja apa? Sebagai pelayan, kasir, menjadi kurir atau apa?” tanya Jongin.

“Mungkin pelayan” jawab Kyungsoo.

“Pilihan yang bagus, akan ku carikan nanti”.

Buagh buagh buagh

“Kalian mendengar sesuatu?” tanya Sehun.

“BOCAH KEPARAT”

“Ya, aku mendengarnya juga” jawab Jongin.

“Asalnya dari gang itu” tunjuk Chanyeol pada salah satu jalan antara pertokoan.

“Ayo lihat!” Sehun sudah lebih dulu berlari.

“Ya! Tunggu aku!” Jongin ikut menyusul.

“Aish, bocah-bocah itu” mau tidak mau Chanyeol ikut menyusul mereka.

Kyungsoo menghela nafas tanpa banyak bicara ia mengikuti mereka dengan berjalan santai.

***

Sehun sampai lebih dulu matanya seketika membelalak. Diikuti Jongin yang sampai disampingnya dengan terengah. Apa yang dilihat Sehun membuatnya penasaran. Reaksi Jongin tak jauh berbeda dengan Sehun.

“Ya, apa yang kalian . . Baekhyun!” Teriak Chanyeol ketika melihat apa yang terjadi di hadapannya.

Disana Baekhyun sudah babak belur. Salah satu tangan pria yang sepertinya mahasiswa sedang mencengkram kerah seragam Baekhyun. Bahkan satu tangannya sedang melayang diudara siap untuk meninju wajah Baekhyun jika saja tadi Chanyeol tidak berteriak. Kyungsoo yang baru saja tiba menghela nafas dalam.

‘Dia lagi’ gumam Kyungsoo.

“Wah wah, kau membawa temanmu ya bocah” ujar pria itu, ia melepaskan cengkramannya pada kerah seragam Baekhyun dan beralih pada Chanyeol dan temannya.

“Me mereka bukan temanku” ujar Baekhyun terbata karena sakit di ujung bibirnya.

“Cih, masih saja sok jagoan” Pria itu akan kembali melayangkan tinjunya namun . .

“Hentikan!” teriak Chanyeol.

“Mengganggu sekali, hajar meraka” pria tadi menyuruh temannya mengepung Chanyeol.

“AH CHAN KAU MALAH MEMBUAT MASALAH” ujar Sehun frustasi.

“Mau bagaimana lagi” Jongin melepas ranselnya dan menggulung lengan kemejanya bahakan dia sudah bersiap dengan postur bertarung.

“Sudah lama juga aku tidak melakukan peregangan” Chanyeol melempar ranselnya dan satu sunggingan bibir tercetak di wajahnya.

“Ah kalian benar-benar” Namun Sehun juga sudah bersiap di posisi bertarungnya.

Kyungsoo? Ia sedang bersandar pada salah satu dinding menyaksikan mereka.

“Sudah ku katakan jangan ikut campur” ujar Baekhyun.

“Maaf ini sudah terlanjur kawan” Ujar Cahnyeol yang sedang menghalau serangan lawannya.

Bagh bugh prang bugh bugh bugh

“AAISH mereka hebat juga” ujar salah satu dari kawnan pria yang menghajar Baekhyun. Mereka kembali menyerang.

Kyungsoo melihat jam tangannya “Ck” ia melihat kembali pertikaian itu.

“Oy, sebentar lagi gerbang akan tertutup” ujar Kyungsoo.

“AH, benarkah?” ujar Jongin yang masih dalam posisi bertarung.

“Cepat selesaikan” ujar Sehun.

“Ayo. Aku tak mau dihukum guru Ahn!” kali ini Chanyeol yang berujar.

“Kalian terlalu banyak bicara” salah satu pria kembali melayangkan pukulannya pada Chanyeol, namun karena Cahnyeol menunduk dan posisinya berada di depan Kyungsoo membuat pukulan itu mengenai Kyungsoo. Membuat kacamata yang ia gunakan terlempar dan retak.

Kyungsoo menghela nafasnya. Tatapan tajam ia arahkan pada sang pemukul. Chanyeol bergidik dengan tatapan itu.

“Ooow” Itu Sehun yang sejenak terdiam dengan kejadian tadi.

“Tamat riwayatmu” kali ini Jongin yang memberi komentar. Sedangkan Baekhyun hanya terbengong di tempatnya.

“Kenapa menatapku seperti itu bocah! Cari mati ya?! Huh!” ujar Pria yang memukul Kyungsoo.

“Kalian yang cari mati” Buagh tanpa aba-aba Kyungsoo melayangkan satu pukulan dan tepat mengenai hidung pria itu membuatnya tersungkur sekitar satu meter dari tempatnya berdiri.

“Uh” Sehun meringis.

“Kalian lama sekali”

Buagh buagh

Kyungsoo mulai memukul menendang menangkis memukul kembali.

Yang ada Chanyeol, Jongin, Baekhyun serta Sehun menjadi penonton. Bahkan Chanyeol serta Jongin sekarang seperti menjadi Cheerleader untuk Kyungsoo.

Sehun hanya bertepuk tangan heboh sedangkan Baekhyun dibuat melongo oleh tindakan Kyungsoo.

Gang sempit seprti ini bukan penghalang untuk Kyungsoo. Bahkan dinding sempit disiktarnya menjadi tempat ia berpijak untuk melayangkan tendangan berputar pada lawannya.

Tak sampai 15 menit semua lawannya sudah tumbang.

Kyungsoo berjalan melewati teman-temannya, ia memungut kacamatanya yang sudah retak.

“Sila, aku harus mengeluarkan uang lagi” umpat Kyungsoo.

“Ya, sampai kapan kalian disana, kurang dari 5 menit gerbang akan benar-benar ditutup” ujar Kyungsoo dengan santai berjalan meninggalkan mereka.

“Tunggu aku” Chanyeol mengejar Kyungsoo.

“Yak sebentar” Sehun dan Jongin mengikuti mereka setelah berhasil mengambil ranselnya.

“Yak! Baekhyun! Sampai kapan kau akan berdiam diri disitu ayo!” ajak Chanyeol.

“Ah, ya” Baekhyun menyusul mereka dengan sedikit terpincang.

***

“Sial gerbangnya terkunci” Jongin melihat sekeliling.

“Itu sudah pasti, bahakan sekarang jam pertama sedang berlangsung” gerutu Kyungsoo.

“Ya ya maafkan kami” ujar Chanyeol. Dibanding satan soo kembali muncul. Ah ngomong-ngomong itu julukan baru Kyungsoo dari Chanyeol.

“Ikut aku” tanpa banyak bicara mereka mengikuti Sehun ke samping sekolah.

Sampai di dinding belakang Sehun menunjuk dinding itu. “Kita bisa melewati ini” ujarnya yakin.

“Wah, kau tau tempat seperti ini?” tanya Jongin.

“Jangan banyak bertanya, ayo sebelum ketahuan” Kyungsoo sudah lebih dulu naik. Kecil-kecil ia gesit juga. Itulah yang ada dipikiran mereka.

Setelah dirasa aman dan berhasil masuk mereka denagn yakin berjalan beriringan.

“Ohoy! Mau kemana kalian?”

Kelimanya menelan ludah. Dengan serempak mereka berbalik.

“Annyeong Saem” sapa mereka dengan membungkuk.

“Nde nde Annyeong” sapa guru Ahn dengan ramah namun kemudian “Bersiap di posisi Push up!” serempak mereka meletakan tas dan bersiap.

“Sudah datang terlambat” puk

“Aah” itu Jongin yang baru saja terkena belaian tongkat dari guru Ahn di bagian bokongnya.

“Mencoba untuk menghindar” puk puk

“Appo” Suara bariton Chanyeol dan cempreng Sehun akhirnya terdengar.

“Datang dalam keadaan babak belur pula” puk puk

“AWW” Baekhyun dan Kyungsoo pun tak ketinggalan.

“Mau jadi apa kalian ini? Cepat berdiri dan bersihkan seluruh toilet yang ada di sekolah!” guru Ahn mengarahkan tongkatnya pada gedung sekolah.

“NDE!” serempak mereka berdiri dan mengambil tas kemudian berlari.

“Yang terakhir membersihkan harus mentraktir makan siang nanti!” Koar Jongin yang berlari lebih dulu.

“YA!” balas ke empat lainnya sambil menyusul Jongin.

“Ck ck dasar remaja” ujar guru Ahn sambil menggelengkan kepala namun tatapan matany atak lepas dari para muridnya jangan lupakan senyum yang terukir di wajahnya.

Tanpa mereka sadari hal kecil ini membuat mereka jadi semakin dekat. Entah ini takdir yang diatas atau apa.

TBC

 

Posted in action, au, comedy, exo, fanfiction, Uncategorized

New Life #4

PicsArt_05-08-09.03.20

New Life

Evina93 @2018

Chapter / PG 16

Au, drama, friendship, action, comedy.

Do Kyungsoo (Exo), Oc.

Chapter 4

Dewi fortuna memang tak berpihak padanya hari ini, dengan wajah datarnya dan gerutuan dalam hati ia berjalan melewati beberapa siswa, tak jarang banyak siswa yang memandangnya. Kyungsoo tak peduli dengan isi kepala mereka yang melihatnya. Ia sudah penat dan tujuan utamanya saat ini adalah ruang kosong yang luas. Karena ini hari pertamanya jadi ia masih mencari dimana keinginannya itu akan terkabul.

Setelah melewati lorong dan beberapa anak tangga, akhirnya ia menemukan sebuah pintu besi. Suara decitan besi tua yang berkarat terdengar di telinganya ketika tangan itu mendorongnya . ia mengangkat tangannya menutupi penglihatan ketika cahaya yang sangat terang terlihat olehnya.

“Waw, apa yang membawamu kemari?” tiba-tiba indra pendengarnya merasakan suara yang sangat asing di telinganya.

Setelah membiasakan dengan cahaya ia menurunkan lengannya dan berbalik pada asal suara, seketika helaan nafas keluar dari bibirnya. Sedangkan seseorang yang bertanya tadi hanya menampilkan senyum tanpa matanya itu. Bahkan matanya terlihat hanya segaris. Bertolak belakang dengan pria lain disampingnya yang sedang menyeruput minuman dan memandangnya dengan bola mata melebar.

“Yak! Oh Sehun lain kali kau yang beli makananmu sendiri!” teriak seorang pria yang tiba-tiba saja datang dari arah tempatnya tadi.

“Wah, wah. Lihat siapa yang datang. Bintang kita hari ini berkunjung” ujar pria bertelinga lebar itu dengan heboh.

“Ck, aku bukan bintang” Kyungsoo berdecak dan melihat dengan tatapan malas pada pria tinggi dengan telinga lebar itu yang enatah tak ia ketahui namanya.

“Ya ya, kau bukan bintang tapi kau membuat heboh seisi kelas di hari pertamamu anak baru” akhirnya Jongin membuka suara setelah ia menandaskan minumannya.

Seketika tatapan tajam Kyungsoo mengarah padanya.

Gelek

“Hun-ah, kenapa dia menatapku seperti itu?” tanya Jongin pelan setelah ia mencolek bahun teman di sampingnya.

“Mungkin karena kau hitam” jawab Sehun santai.

Tak

Satu jitakan berhasil Jongin layangkan pada teman sialnya ini.

“Kenapa kau memukulku?!” Teriak Sehun  tak terima.

“Kau mengataiku. Aku tidak hitam, aku ini Tan!” balas Jongin tak mau kalah.

“Ck, apa mereka selalu seperti itu?” Kyungsoo bertanya pada pria tinggi disebelahnya sambil menunjuk kedua orang yang sedang beradu mulut itu.

“Kau akan terbiasa dengan itu nanti, dan apa yang membawamu kemari tuan Do?” tanya pria tinggi itu yang ternyata Chanyeol.

“Aku hanya ingin mencari udar segar, maaf sudah mengganggu kalian, aku akan pergi” ujarnya dan berbalik.

“Kenapa tak bergabung saja dengan kami?” tawar ketiga peria itu serempak, Kyungsoo berbalik dan menaikan sebelah alisnya.

***

Disinilah Kyungsoo dan ketiga orang itu sekarang. Atap sekolah.

Akhirnya Kyungsoo memutuskan untuk bergabung, kakinya sudah lelah untuk berkeliling.

“Nah Kyungsoo, mari kita memperkenalkan diri kembali” Itu Chanyeol yang berujar, ia kelihatan sangat antusias.

“Namaku Park Chanyeol, kau bisa memanggilku Chanyeol” jangan lupakan senyum lima jarinya.

“Atau kau bisa memanggilnya Park Dobi” ini Sehun yang berkomentar tanpa wajah bersalah.

“Yak!” Akhirnya Suara bass Chanyeol menggema. Kyungsoo menutup telinganya.

“Abaikan saja mereka, Namaku Kim Jongin. Kau bisa memanggilku Jongin atau Kai terserah padamu” Akhirnya Jongin memperkenalkan diri.

“Atau kau bisa memanggilnya Hitam” Ujar Chanyeol dan Sehun serempak. Sepertinya mereka lupa akan pertengkaran mereka tadi.

“Yak! Sudah ku katakan aku ini tidak hitam!” ujarnya tak terima. Tapi tak ada yang peduli.

“Nah, giliranku. Namaku Oh Sehun. Kau bisa memanggilku si tampan Oh atau Sehun” ujaranya bangga penuh percaya diri.

“Tampan tapi cadel” ujar Jongin dan Chanyeol.

“Aish”

“Baiklah, mohon bantuannya Chanyeol, Jongin dan Sehun” ujar Kyungsoo dengan formal.

“Kyungsoo tak perlu seformal itu” ujar Sehun.

“Santai saja ok?” Chanyeol memberikan beberepa snacknya.

“Ngomong-ngomong Kyung, kenapa kau bisa berurusan dengan Baekhyun, guru Min dan Nari?” tanya Jongin.

“Soal itu, entahlah. Aku juga tak begitu ingat. Hanya saja sepertinya aku membuat kesalahan” Kyungsoo menggaruk tengkuknya kemudian membenarkan kembali letak kaca matanya.

“ Aku tau” ujar Chanyeol.

“Kau cenayang?” tanya Sehun.

“Bukan begitu, aish. Hanya saja. Aku juga berada di tempat kejadian” terang Chanyeol.

“Lalu ?” tanya Kyungsoo.

“Kau mengambil longboard milik Nari, mencopot wig guru Min, dan menumpahkan minuman pada seragam Baekhyun” Chanyeol menjelaskan dengan tenang.

“Apa? Jadi itu yang membuat mereka marah padaku?! Itu kan tak sengaja. Mana aku tau itu longboard miliknya, dan mana aku tau jika guru Min itu memakai Wig, dan untuk urusan Baek siapa lah itu. Aku tak sengaja!”.

“Itu bisa dipahami, tenanglah” Chanyeol menepuk bahu Kyungsoo.

“Tunggu! Kau bilang guru Min memakai Wig?! Jadi selama ini beliau botak?! Haha” Sehun tertawa terpingkal.

“Oh Sehun, pelankan suaramu, kau ingin mati huh?” gumam Jongin.

“Maaf hanya saja, aku tak sanggup membayangkannya” Sehun menyeka air matanya. Sepertinya ia sangat senang.

“Ck, dasar bocah ini. Lalu untuk Baekhyun. Kami sarankan, kau jangan lagi berurusan dengannya” ujar Chanyeol.

“Kenapa?” Kyungsoo menjadi penasaran.

“Entahlah, disekolah ini tak ada yang berani mendekatinya, walau ada hanya beberapa. Dan menurut kabar yang ku dengar, dia itu salah satu anggota mafia” ujar Jongin.

“Mustahil” gumam Kyungsoo.

“Jong, jangan menyebar hoax” kali ini Sehun berpendapat.

“Aku hanya mengeluarkan pendapat dari apa yang ku dengar” gerutu Jongin.

“Itu sama saja hoax Jong, jika kau belum tau fakta sebenarnya. Dan untuk Nari, kami sarankan kau untuk segera minta maaf” Chanyeol memberi pendapat dan diangguki kedua temannya.

“Memang kenapa?” Kyungsoo menampilkan wajah inoncennya.

“Pertama, itu loangboar kesayangannya yang ia beli dengan susah payah” Sehun mengacungkan 1 jarinya.

“Kedua, kau telah mengambil dan merusaknya” Jongin membentuk tanda peace dengan jarinya .

“Itu tak sengaja” sanggah Kyungsoo.

“Kami tau tapi Nari tidak mau tau” ujar Sehun.

“Dan yang terakhir, jika dia marah, maka dia seperti malaikat kematian, tamat riwayatmu” Chanyeol bergidik, Sehun dan Jongin mengangguk disertai postur memotong leher mereka dengan salah satu tangan.

“Aku juga memang berniat untuk meminta maaf jika sudah tenang” jelas Kyungsoo.

“Itu baru namanya pria sejati” Chanyeol menepuk bahu Kyungsoo kembali.

“Ngomong-ngomong Kyung, kami lihat sepertinya kau jago sekali bermain longboard, kau pro ya?” tanya Sehun antusias begitu pula Jongin. Matanya terlihat berbinar.

“Itu kali pertamaku bermain” Kyungsoo mengambil snack Chanyeol yang berada disampingnya.

“APA?!!”

***

Entah hanya perasaan Kyungsoo saja atau memang benar, sedari tadi ia merasa Baek siapalah tadi yang disebut Chanyeol memandang tajam ke arahnya. Pelajaran sedang berlangsung dan ia tidak bisa menengok kebelakang, ia tak ingin terkena kesialan lainnya hingga diusir dari kelas.

Entah guru Min memang masih dendam padanya atau tidak, beliau menempatkan Kyungsoo di depan Baekhyun dan di belakang Nari. Membuat Kyungsoo merasa kurang nyaman.

Sampai akhirnya pelajaran berakhir dan ia bisa bernafas lega. Setelah guru meninggalkan ruangan ia segera berbalik pada Baekhyun.

“Bukankah aku sudah minta maaf, kenapa kau terus mellihatku dengan tatapan membunuh?” tanya Kyungsoo. Seketika perhatian seluruh kelas berpusat pada mereka.

“Cih, kau peka juga rupanya. Tapi urusan kita belum berakhir” dan Baekhyun memecah ketegangan itu dengan meninggalkan kelas.

Kyungsoo hanya menghela nafas, sepertinya akan sulit untuk kedepannya, pikir Kyungsoo. Ia melirik Nari di depannya dan mengambil longboard yang berada disamping mejanya.

“Maaf, Nari-sii” ujar Kyungsoo.

Nari menoleh dengan pandangan sadis “Apa? Kau mau mencuri barang apalagi?” ujarnya beruntun.

“Bukan begitu, ini (Kyungsoo menyerahkan Longboard milik Nari) aku tak sengaja memakainya karena terjatuh” Nari segera menarik Longboard miliknya.

“Longboardku” pekiknya senang. Ia segera menarik longboard miliknya dan memeluknya.

“Dan maaf, rodanya menjadi aus setelah ku pakai” Kyungsoo bergumam pelan. Tapi Nari masih bisa mendengarnya. Seketika matanya yang tertutup menjadi terbuka lebar.

“APA?!” Teriaknya lantang. Dan teriakannya berhasil membuat seisi kelas memandang kembali Kyungsoo.

“Tenang saja, aku akan menggantinya” ujar Kyungsoo menenangkan.

“Kau. HARUS! Itu sudah kewajibanmu! Perbaiki ini, aku tidak mau tau” Nari kembali menyerahkan Longboard miliknya pada Kyungsoo. Setelah itu ia mengambil tasnya dan melangkah keluar, namun belum sempat mencampai pintu ia berbalik kembali “Kau! Secepatnya kembalikan itu!” tunjuk Nari pada Kyungsoo , setelah melihat Kyungsoo mengangguk ia akhirnya keluar kelas.

“Ini akan sulit” Kyungsoo menghela nafas. Hari ini membuatnya frustasi.

***

Baekhyun memasuki lorong yang sangat sempit, sepertinya itu jalan buntu. Ia masih mengenakan seragam sekolahnya.

“Yo, Baek kau sampai?” tanya seseorang. Baekhyun tak menjawab. Ia berjalan dan duduk di samping pria yang bertanya padanya tadi.

“Gawat!” seseorang berlari ke arah mereka dengan sempoyongan.

Baekhyun mengerenyit, “Ada apa?” tanya pria di samping Baekhyun.

“Daniel, Daniel dipukuli pria berjas hitam” ujar pria yang datang tadi.

“APA?!”

“Kita kesana” Baekhyun segera beranjak dari tempatnya.

Sepertinya kali ini Baekhyun dan kawannya salah memilih lawan. Daniel sudah babak belur, bahkan temannya yang lain sudah tak sanggup. Baekhyun harus membawa orang-orang itu menjauh dari temannya. Ia mengambil sebuh balok yang terjangkau dan memukul salah seorang pria berjas hitam itu hingga tumbang dan mengelurkan darah. Pria berjas lainnya melihat Baekhyun, namun Baekhyun dengan cepat berlari dari sana.

“BAEK!” Teriak teman-temannya.

***

Inilah yang membuat Kyungsoo kesal jika tinggal bersama dengan kakaknya. Joohyun selalu seenaknya menyuruh ini itu. Kali ini Kyungsoo terpaksa keluar malam, tidak terlalu malam juga karena ini masih pukul 09.00 Pm. Hanya untuk membelikan Joohyun pembalut. Kyungsoo bisa saja menolak, tapi uang bulanannya akan disita Joohyun. Ia masih butuh uang untuk memperbaiki longboard Nari. Jika tidak ingat hal itu ia sudah diam di kamar saat ini bermain game.

Dengan menahan malu yang luar biasa akhirnya ia berhasil membeli apa yang dipinta kakaknya. Langkahnya terhenti ketika ia melihat sekumpulan orang, awalnya ia akan mengabaikannya tpi setelah melihat dengan jelas siapa yang sedang dihajar oleh mereka. Dengan mantap kedua kakinya melangkah menuju kerumunan itu.

“YAK!” teriaknya. Beberpa pria tinggi dengan jas hitam berbalik melihat Kyungsoo.

“Mau apa kau boc . . “ BUAGH. Perkataan pria tadi terhenti karena Kyungsoo menghajarnya dadakan dan membabi buta.

“Ish, bocah pengganggu lainnya. Hajar dia!” dan berakhir dengan pria berbadan besar itu melawan Kyungsoo. Mengabaikan seseorang yang sudah babak belur dihajar oleh mereka tadi.

Buk, karena sudah tak tahan pria babak belur itu terbaring di tempat, bahkan matanya sudah akan tertutup namun samar-samar ia bisa melihat seseorang dengan setelan hodie dan trening serba hitam sedang bertarung, hingga matanya benar-benar terpejam.

TBC

 

Posted in action, comedy, exo, fanfiction

New Life #3

PicsArt_05-08-09.03.20

New Life

Evina93 @2018

Chapter / PG 16

Au, drama, friendship, action, comedy.

Do Kyungsoo (Exo), Oc.

Chapter 3

 

Pip Pip Pip Pip

Gadis itu menekan beberapa digit angka, tak lama kemudian pintu berhasil terbuka.

“Ingat angka tadi, jika kau tak ingin terkunci diluar” ujarnya setelah masuk kedalam apartemennya dan mengganti alas kaki dengan sandal rumahan.

“Kau pikir aku seperti dirimu huh?! Yak! Bantu aku! Memangnya aku ini pelayanmu” pemuda di belakangnya bersungut-sungut, ia membawa dua koper besar, satu di tangan kanan dan satu di tangan kiri jangan lupakan satu ransel besar yang masih setia menggantung di punggungnya.

“CK, merepotkan, kau kan bisa membawanya satu – satu” gadis itu kembali walau dengan gerutuan ia tetap mengambil salah satu dari tangan sang pria lebih muda.

“Jika bukan kakakku sudah ku hajar dia, aish!” umpat sang pria muda dengan kepalan tangan dan mengayunkannya, ia melampiaskannya pada udara hampa.

“Do Kyungsoo aku mendengarmu~” ujar wanita yang lebih tua darinya itu, pemuda itu Kyungsoo melebarkan kedua bola matanya. Pasalnya sang kakak sudah berada di ruang tengah ketika ia mengumpat. “Sial, ada yang membicarakannya saja baru telinganya peka” ia menghampiri sang kakak dengan menyeret kopernya.

“Dimana kamarku?” tanya Kyungsoo setelah ia berada di ruang tengah.

Joohyun menunjuk salah satu pintu tanpa bicara. Air lebih penting untuknya saat ini. Bahkan ia berhasil menegak habis isi air dari dalam satu botol besar tanpa sisa satu tetespun.

Kyungsoo melihat arah yang Joohyun maksud, ia segera mendekati pintu itu tanpa ada kecurigaan sama sekali.

Kyungsoo menggenggam pegangan pintu itu, tanpa melihat di belakangnya Joohyun memperhatikan dan berhitung tanpa suara, dan . .

Kriett

Bugh bagh bugh

“Aw aw” Bugh bugh “Aw aw ya aww” rintih sang pemuda dengan kedua tangan melindungi kepalanya, membuatnya terduduk di lantai. Beberapa kardus menimbun tubuhnya.

Joohyun tertawa di belakang sana tanpa ada niatan menolong sang adik.

“YAK!” Deep voice dangan nada tinggi terdengar di seluruh penjuru ruangan, Joohyun melebarkan matanya, ia segera berlari menuju kamarnya tepat di sebelah adiknya.

Blam.

Pintu itu tertutup dengan keras.

“Do Joohyun akan ku hajar kau!!!” Teriak Kyungsoo dengan tatapan membara.

“Maafkan aku Sooie, aku belum sempat membereskannya, jadi kau bereskan saja sendiri ya?” Ujar Joohyun dari dalam kamarnya.

“Yak!” Kyungsoo menggedor pintu kamarnya tanpa henti.

Oh sepertinya para tetangga tidak akan bisa hidup dengan tenang setelah ini.

****

Kyungsoo keluar kamarnya dengan tergesa, ia sedikit terlambat bangun di hari pertamanya. Salahkan Joohyun yang membuatnya bekerja ekstra memindahkan kardus-kardus itu semalaman.

“Kak, bus apa yang harus ku naiki untuk sampai ke sekolah?” tanyanya setelah menemukan Joohyun yang berada di counter dapur dengan sepotog roti ditangannya. Joohyun mengalihkan atensinya, ia mengerenyit “Sejak kapan kau memakai kacamata?”.

Tanpa berniat untuk menjawab ia lebih memilih merapihkan seragamnya “Jawab aku!”.

Joohyun memutar bola matanya “Bus No 8 , kau tak ingin aku antar?” tawar Joohyun.

“Terlalu lama menunggumu, aku berangkat!” setelah memakai sepatunya ia melesat keluar.

“Ya, kau tidak sarapan?!” namun sang adaik sudah jauh meninggalkannya. Joohyun mengedikan bahunya dan berjalan menuju laptopnya dan tumpukan buku di meja dengan segelas susu di tangannya dan sepotong roti di mulutnya.

****

Halte tujuan utamanya saat ini, entah seberapa cepat ia berlari sekarang. Ini hari pertama di sekolah barunya, ia tidak boleh terlambat. Jika di sekolahnya yang lama ia sudah tak peduli dengan waktu tapi untuk sekarang tak bisa. Ia sudah berjanji untuk berubah. Mungkin sekitar 100 meter dari tempatnya ini ia bisa melihat halte bus, “ itu dia!” pekiknya. Tanpa membuang waktu ia menambah kecepatan larinya, jalan yang menurun lebih mempermudahnya melesat. Namun naas, ketika sudah berada di kecepatan penuhnnya tak di sangka seorang kakek dan gerobaknnya keluar dari jalanan kecil di turunan itu.

“Ya ya kakek!” teriaknya, karena sudah sulit untuknnya berhenti di saat ini.

Sang kakek melebarkan matanya terkejut tanpa bisa bergerak, kurang dari 5 meter lagi seorang pemuda bisa menabraknya.

Berpikir dengan cepat, Kyungsoo memutuskan untuk menambah kecepatannya, ketika ia sudah dekat dengan gerobak sang kakek, ia melompat. Bagaikan adegan di film action, tubuhnya berputar di udara melewati gerobak. Sedangkan sang kakek dibuat terkejut dan mulutnya mengaga, ia seperti melihat film action secara langsung.

Disisi lain seorang pemuda tinggi berkacamata menyaksikan kejadian itu tanpa berkedip.

“Daebak!” ujarnya.

Sedangkan seorang gadis di belakang pemuda itu tak tau apa yang terjadi, ia melihat tali sepatunya terlepas, tidak ingin dirinya malu karena bisa saja ia terjatuh oleh tali sepatunya ia menunduk, meletakan Longboardnya dan mengikat tali sepatu, ketika ia akan mengikat sepatu satunya kakinya tak sengaja menendang Longboarnya. Membuat benda itu meluncur bebas,  “Astaga, Longboardku!”.

Sialnya Longboard itu mengarah pada Kyungsoo. Kyungsoo yang semula tersenyum karena apa yang dipikirkannya berhasil seketika terbelalak. Aspal yang harusnya ia pijak berganti menjadi sebuah Longboard.

Ia meluncur dengan Longboard itu, tanpa bisa mengendalikannya.

“Ya! Pencuri kembalikan Longboard milikku!” teriak gadis itu.

Kyungsoo belum bisa mengendalikan situasi, ia bahakan menyenggol seseorang yang baru saja keluar dari sebuah minimarket, membuat minuman yang dipegang pria itu tumpah mengenai bajunya. Tak sampai disitu, karena mencoba mencari keseimbangan tangan Kyungsoo bergerak bebas. Tanpa sengaja ia menarik sesuatu, ketika ia melihat apa yang ada di tangannya ia segera membuangnya. Itu seperti rambut.

Kyungsoo bedoa dalam hati agar ia bisa selamat, seketika ia terbayang adegan dimana ia sedang diajari skateboard oleh Jongdae.

Flashback

Kyungsoo sedang mencari keseimbangan di atas skateboard, namun ia selalu saja terjatuh. Jongdae yang melihatnya tertawa terbahak, Kyungsoo menyerah. Ia melemparkan pelindung tangannya dan helem yang dipakenya.

“Aku menyerah!” ujarnya.

“Haha, seharusnya kau yang mengendalikan benda itu bukan benda itu yang mengendalikanmu”.

End of flasback

Kyungsoo berusaha mencari keseimbangan tubuhnya, kaki tempat ia berpijak di papan itu ia geser sesuai dengan posisi nyamannya. Dan benar saja itu berhasil. Kyungsoo tersenyum senang. Ia menghentikan laju papan miliknya ketika sudah berada di halte.

“Sial!” umpatnya.

Bus yang seharusnya ia naiki sudah pergi meninggalkannya. Ia melihat Loangboard dibawahnya. Tanpa berpikir dua kali ia melajukan papan miliknya kejalanan. Tidak peduli dengan suara klakson dan makian, tujuan utamanya adalah bus di depan.

Ketika jarak semakin dekat ia melepaskan dasi di lehernya dan melemparkannya.

“Gotcha!” ujarnya ketika dasi miliknya tersangkut di slah satu besi belakang bus.

Ia menggenggam dasi itu dengan erat dan melaju dengan loangboardnya.

***

“Kim Jongin cepat bangun! Kau harus melihat seusuatu yang menarik di belakang sana” ujar pria berkulit putih pada teman di sampingnya.

“Aku mengantuk Sehun” pria dengan nama Jongin itu tak berniat membuka matanya, ia lebih memilih memejamkan mata dan membuat posisi duduknya senyaman mungkin.

Plak

“YAK!” teriak Jongin memegang kepalanya. Sehun memukulnya tadi.

“Lihat ke belakang dan kau tak akan menyesal” ujar sehun menunjuk jendela belakang. Posisi mereka saat ini sangat menguntungkan karena mereka duduk di bangku belakang.

Jongin melebarkan kedua matanya. “Apa dia gila?!” tanya Jongin ketika ia melihat seorang peria berkacamata menaiki longboard di belakang bus yang dinaikinya. Seoalah ia sedang berselancar di laut lepas.

“Sudahku bilang bukan ini menarik” senyum sehun.

***

Ketika bus di depannya berhenti di tempat tujuan ia segera menghentikan Longboardnya. Tanpa peduli dengan kegaduhan para penumpang bus yang turun dan naik, ia lebih memilih mengambil kembali dasinya menaruhnya di leher dan merapihkan seragamnya. Ia mengambil papandi bawahnya.

“Astaga, rodanya sampai aus. Baiklah akan ku ganti nanti sebagai ucapan maaf dan terima kasih” ia menenteng longboard di salah satu tangannya dan bertanya pada penjaga dimana ruang kepala sekolah.

Tak jauh di belakangnya sehun dan Jongin baru saja turun dari bus. “Kau lihat tadi bukan?” tanya Sehun. “Ya, aku melihat. Dan sepertinya ia siswa disini, jika aku tak salah melihat seragam miliknya” mereka masih berjalan dari gerbang menuju kelasnya.

“Benarkah? Jika benar ini akan menarik” ujar Sehun.

Dibelakang kedua pria berbeda warna kulit itu seorang wanita terus saja mengumpat “Awas saja jika aku bertemu denganmu pencuri! Yak! Tak taukah kau seberapa lama aku menabung untuk benda itu!!”.

Tak lama kemudian seorang pria dengan wajah imut memasuki pekarangan sekolah. “Hai Byun ada apa dengan seragammu?” tanya pria lain pada pria berwajah imut dengan nama Byun itu.

“Sial, menjauhlah dariku jika kau tak ingin terkena imbas, aku sedang kesal sekarang” umpat pria Byun itu, astaga wajah tak sesuai dengan umpatan yang keluar dari bibir tipisnya.

Penjaga akan menutup gerbang, hanya tinggal sedikit lagi dan “Pak tunggu!” seorang pria tinggi berkacamata berlari dengan terengah.

“Park Chanyeol, kau lagi kau lagi” ujar sang penjaga. Sedangkan pria tinggi bermarga Park itu hanya menampilkan senyum 5 jarinya.

“Kau terlambat bangun lagi?” tanya sang penjaga.

“Tidak, tadi aku melihat . .” ujarannya antusias namun harus di potong dengan panggilan . .

“PARK CHANYEOL CEPAT MASUK ATAU KU HUKUM KAU!” Guru Choi.

Chanyeol segera berlari “Nde!”.

****

“Nah Kyungsoo, semoga kau betah di sekolah ini, guru Kim akan mengantarkan dirimu” ujar kepala sekolah.

“Baiklah, terima kasih atas bantuannya” Kyungsoo menunduk hormat dan berpamitan, kemudian ia mengambil kembali Longboardnya dan mengikuti guru Kim.

11-C

Itulah yang tertulis di papan diatas pintu.

Guru kim melihat ke arah Kyungsoo. “Ini kelasmu, kau tunggu disini sebentar” Kyungsoo mengangguk, sedangkan guru Kim mengetuk pintu dan masuk kedalam.

Kyungsoo memainkan kakinya, tak lama suara guru Kim memanggil dirinya. Tanpa ragu ia membenarkan letak kacamatanya dan masuk kedalam.

“Halo semua, aku Do Kyungsooo slam kenal” ia kembali menegakkkan tubuhnya setelah membungkuk memberi salam.

Jongin terkejut di tempatnya, sehun di sampingnya tampak antusias sama halnnya dengan pria tinggi dibelakang sana.

“Daebak!” ujar keduanya.

“Yak! Pencuri!” itu suara slah satu siswi penguni kelas ini yang menunjuk Longboard ditangan Kyungsoo.

Pria bermarga Byun yang semula tertidur dibangkunnya membuka mata dan meneggakkan tubuhnya karena tidurnya terganggu.

“Kenapa ribut sekali sih, YAK KAU!” teriak Bakehyun menunjuk Kyungsoo begitu pula guru Min.

 

TBC

 

 

Posted in au, fanfiction

New Life #2

 
New Life
Evina93 @2018

Chapter / PG 16

Au, drama, friendship, action.

Do Kyungsoo (Exo), Oc.

Chapter 2

Rasa bersalah selalu menghantuinya, sikapnya berubah 180 derajat. Semenjak keluar dari rumah sakit ia jarang sekali bicara. Seolah membuat dinding pembatas untuk memisahkan dirinya. Ia tidak datang pada acara pemakam Jongdae karena kondisinya, namun setelah keluar ia pun belum berkunjung ke makamnya.

Kedua orang tua Kyungsoo tidak bisa berbuat banyak, ketiga sahabatnya bahkan selalu membujuknya keluar. Namun Kyungsoo tak menghiraukannya. Orang tua Jongdae tidak menyalahkannya, mereka berfikir ini sudah takdir dari tuhan. Mungkin saja Jongdae lebih bahagia disana, walau untuk beberapa saat terkadang mereka kehilangan sosoknya. Bahkan mereka sama khawatirnya dengan orang tua Kyungsoo pada anak itu.

Tok tok

Tak ada tanggapan, akhirnya ibu Kyungsoo masuk kedalam dengan membawa nampan berisi makanan.

“Soo- ya kau harus makan nak” ia meletakan nampan di meja belajar Kyungsoo. Numun sang anak tak bergeming sedikitpun dari tempatnya. Ia masih betah melihat langit dari balkon kamarnya.

Ibunya mendesah pasrah, terkadang ia menyesal dengan sikapnya dulu. Ia dan suaminya lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja dibanding memperhatikan sang anak. Sehingga ia tidak terlalu mengetahui perkembangan sang anak, sampai suatu hari telponnya berbunyi dan mengabarkan bahwa sang anak masuk rumah sakit dalam keadaan kritis. Nyawanya seakan terangkat beberapa saat ketika mendengar kabar itu.

Dengan perlahan ia menghampiri sang anak dan memegang pundaknya, “Soo-ya”.

Kyungsoo menoleh, mata itu seolah redup tak ada sinar seperti sebelumnya.

“Ibu” ujaranya lemah.

Sang ibu mengelus surai hitam anaknya dengan penuh kasih. “Soo-ya, ayo makan heum?”.

“Aku tak lapar bu” Ibunya menghela nafas, jika begini terus sang buah hati bisa kembali masuk ke ruang rawat inap. “Tapi kau belum mengisi perutmu sedari pagi”.

“Aku tak berselera” ia kembali menatap langit.

“Kyungsoo, jangan menghukum dirimu seperti ini. Semua ini bukan salahmu. Ini semua sudah takdir tuhan, tak ada yang menyalahkanmu. Kau harus bangkit nak, mungkin saja Jongdae di atas sana sedang menggerutu karena tingkahmu ini. Semua bukan salahmu” sang ibu memeluk sayang anaknya dan kembali mengelus surai hitam legamnya. 

“Ibu . .” gumamnya dan memeluk ibunya, ia membenamkan wajahnya. Tidak selang lama ibunya merasakan tubuh anaknya bergetar, Kyungsoo menangis tanpa suara.

*** 

“Apa ia tertidur?” tuan Do bertanya ketika istrinya baru saja keluar kamar anaknya.

“Eum, aku semakin khawatir padanya, tubuhnya semakin kurus, belum lagi ia selalu bermimpi buruk” wajah nyonya Do menjadi murung. “Ini semua salahku jika saja ..”, “Sttt, jangan menyalahkan dirimu. Kita berdua kurang memperhatikan mereka. Tuan Do, memeluk istrinya yang sudah terisak.

“Ibu, Ayah aku datang!, dimana anak itu?” teriak seseorang dari bawah. 

Nyonya Do mengerenyit, “Bukankah itu suara Joohyun?”.

Tuan Do mengagguk, mereka turun kebawah. “Ternyata benar kau” ujar sang ayah.

“Ah, hallo ayah, ibu aku pulang. Dimana bocah itu?” setelah memberi salam pada kedua orang tuanya ia menggulung lengan kemejanya berjalan menaiki tangga meninggalkan koper miliknya.

“Adikmu baru saja tidur, sudahlah nanti lagi saja” cegah sang ibu.

“Huh, dia beruntung kali ini. Awas saja nanti” ia bergumam dengan mengepalkan kedua tangannya.

“Kenapa kau tidak mengabari jika akan pulang, ayah bisa menyuruh seseorang menjemputmu” mereka menuruni anak tangga menuju lantai bawah tak ingin membuat keributan dan membangunkan anak bungsunya.

“Ck, merepotkan. Yang penting akau sudah sampai dengan selamat” Joohyun menuju salah satu sofa dan mendudukinya.

“Ya! Anak ini” yang dibentak hanya menunjukan cengirannya. Nyonya Do hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak sulungnya.

“Kau sudah makan?” tanya nyonya Do.

“Wah ibu tau saja jika aku lapar” Ia tersenyum dan menghampiri ibunya di dapur, giliran ayahnya yang menggelengkan kepala melihat tingkah putrinya. 

*** 

Srak srak srak

Seseorang membuka tirai kamar bernuansa hitam itu, membuat cahaya sang surya menembus setiap kaca jendela.

Tubuh yang sedang terbaring merasa terusik.

“Do Kyungsoo bangun atau aku hajar kau!” seorang wanita berdiri di dekat tempat tidur  dengan melipat kedua tangannya didada.

Kyungsoo yang semula terusik dalam tidurnya mendadak tubuhnya tegang, ia mengenali suara ini, tapi tak mungkin halaunya. Karena yang ia tau orang tersebut sedang tidak berada disini. Dari pada dilanda penasaran ia mencoba membuka matanya, menyesuaikan penglihatannya karena ia baru saja terbangun.

“Sial” gumamnya, setelah ia melihat dengan jelas penampakan seorang wanita yang sedang menyeringai ke arahnya.

“Apa kabar adik manisku?” itu Joohyun, kakaknya.

“Untuk apa kau kemari? Keluar!”usir Kyungsoo dengan tatapan tajamnya.

“Ck” Joohyun berjalan kesamping tempat tidur sang adik, dan menarik lengannya tanpa ampun “Yang harusnya keluar itu kau! Sampai kapan kau seperti ini huh!” ia masih menarik adiknya.

“Ya ya! Ibu!” rengek Kyungsoo.

Bugh

Kyungsoo terjatuh dari tempat tidurnya, “Cepat mandi! Temani aku jalan-jalan sudah lama aku tidak pulang”. Kyungsoo baru saja akan membuka mulut, “Tak ada bantahan, cepat atau aku siram kau di tempat ini juga”.

Blam

Tanpa berperasaan Joohyun membantik pintu itu menyisakan adiknya yang sedang menyumpah serpah dirinya.

Setelah keluar dari kamar sang adik ia tersenyum sekilas, “Jika tidak seperti ini kau tak akan mau keluar dari sangkarmu” gumamnya.

“Ada apa? Kenapa Kyungsoo berteriak?” tanya sang ibu yang baru saja menghampirinya.

“Tidak ada apa-apa, ibu tak perlu khawatir. Sebentar lagi anak itu akan keluar”.

“Benarkah?” Ibunya sedikit terkejut.

“Eum, lebih baik ibu memask untukku” Joohyun menggandeng ibunya menjauh.

*** 

Tuan dan nyonya Do tersenyum cerah ketika melihat anak bungsu mereka keluar dari kamarnya. Kyungsoo menarik salah satu kursi dan duduk di sana.

“Makanlah” sang ibu memberinya sepiring hidangan.

“Aku tak lapar” tolak Kyungsoo.

“Do Kyungsoo makan!” titah Joohyun.

“Ck kau ini bawel sekali” tapi Kyungsoo mengambil sendok dan memasukan sesuap nasi ke mulutnya. Tuan dan nyonya Do semakin tersenyum senang. Anak sulungnya memang bisa diandalkan untuk saat seperti ini.

*** 

“Wah sudah lama sekali rasanya” Joohyun merentangkan kedua tangannya sambil berjalan.

“Hanya dua tahun bodoh” ujar Kyungsoo.

“Yak!” Joohyun berancang akan memukul adiknya tapi ia urungkan.  “Maksudku, sudah lama bukan kalu tak keluar rumah sebulan? Ah tidak dua bulan bukan?”. Tak ada bantahan.

“Kenapa kita ke pemakaman?” Kyungsoo mengerenyitkan dahi. 

“Hanya ingin memberi salam pada salah satu ‘adik’ kesayanganku” jawab Joohyun.

Deg

Kyungsoo tau makam siapa itu dari fotonya. Tubuhnya seolah kaku, rasa ketakutan dan bersalah seakan menembus hatinya kembali.

“Annyeong Dae-ah, maafkan aku tidak datang melihatmu untuk terakhir kali. Dan ah,aku juga membawa Kyungsoo, Soo-ya kemari” panggil Joohyun, namun sang adik tak beranjak sedikitpun dari tempatnya. Joohyun menarik lengan sang adik dan berakhir di depan makam Jongdae.

“Tidak ingin memberi salam?” tanya Joohyun. Tapi mulut Kyungsoo seakan terkena lem yang susah untuk dibuka. Joohyun menghela nafasnya. Ia menggenggam erat lengan sang adik.

“Dae-ya, terima kasih sudah menjaga Kyungsoo. Kau sudah seperti kakaknya sendiri, terkadang aku iri, kali ini serahkan saja padaku, kau tak perlu khawatir lagi disana. Aku tau dia memang menjengkelkan, aku akan lebih bersabar tenang saja” Joohyun seperti sedang mencurahkan perasaannya.

“Kakak!” akhirnya ia bersuara. Joohyun tertawa. “Tak ingin mengucapkan sesuatu pada Jongdae?”.

Kyungsoo menelan liurnya “Jongdae-ya, maafkan aku, maafkan aku” tanpa diduga liquid bening sudah meluncur dari mata bulatnya.

Joohyun mengelus punggung sang adik.

“Kyungsoo-ya apa itu kau?” mereka menoleh karena ada yang memanggil.

“Ternyata benar kau, akhirnya aku bisa bertemu denganmu juga nak” seorang wanita seumuran ibunya menghampiri mereka.

“Bibi” gumam Kyungsoo. Tanpa diduga wanita itu memeluknya. “Bibi maafkan aku, karena aku Jongdae, Jongdae . .”

“Sttt, itu bukan salahmu nak, mungkin ini sudah takdir yang di atas, bibi dan paman tidak menyalahkanmu, mungkin Jongdae juga akan merasa sedih dan mengomelimu jika seperti ini” wanita itu yang ternyata Ibu Jongdae menghapus air mata Kyungsoo.

“Maafkan aku bi” ujar Kyungsoo. Joohyun tersenyum lembut di samping keduanya.

*** 

Mereka sedang makan malam bersama. Joohyun menatap mereka bergantian.

“Ayah, ibu, besok aku akan kembali. Aku tak bisa ijin lama-lama” ujar Joohyun.

“Secepat itukah?” tanya sang ayah.

“Eumh, lalu ada yang ingin  ku bicarakan pada kalian” Joohyun berubah serius.

“Apa itu?” kali ini ibunya yang bertanya.

“Aku akan membawa Kyungsoo, ibu dan ayah bisa mengurus perpindahan sekolahnya bukan?” pinta Joohyun.

“Tentu saja, itu hal yang mudah, akan kami urus” ujar sang ayah.

“Yak!, harusnya kau bicara dulu padaku?” ujar Kyungsoo.

“Kau sulit untuk diajak bicara, jadi terima saja tuan Do kecil” Joohyun menyeringai puas.

‘welcome to my sweet life uri dongsaeng’ pikir Joohyun dengan seringainya.

‘I come to hell’ pikir Kyungsoo berteriak dalam hatinya. ‘siapapun tolong aku?’ itulah arti sorotan matanya saat ini.

To be continue

Posted in action, drama, fanfiction

New Life #1

      

                                 New Life

                            Evina93 ©2018

                            Chapter /PG 16

                 Au, drama, friendship, action.

                       Do Kyungsoo (Exo), Oc.

‘Menjalani sesuatu hal yang baru tanpa bayang-bayang masa lalu memang sulit, namun bagaimana jika masa lalu adalah suatu takdir yang harus dijalanin agar mendapat hal baru yang lebih berharga untuk kau jalani dan miliki’.

                              Chapter 1

Udara yang semakin terasa pengap pada ruangan 4 x 5 meter ini tak dihiraukan oleh mereka, yang ada di pikiran mereka saat ini hanyalah bagaimana cara membebaskan salah satu teman mereka dari kumpulan para mafia itu.

“Aku akan pegi sendiri” setelah terdiam cukup lama pria dengan mata bulat itu akhirnya membuka suara.

“Jangan gegabah Soo, mereka itu bukan tandingan kita!” Bentak seorang lainnya yang lebih tua diantara mereka.

“Lalu aku harus bagaimana?! Kita harus membebaskan Jongdae! Ini semua salahku!” Sesal pria bermarga Do tersebut.

“Kyungsoo dengar! Ini semua bukan salahmu, jangan menyalahkan dirimu lagi. Jongdae seperti itu karena dia ingin melindungumu. Kau tau bukan sifatnya? Jangan bertindak sendiri. Aku akan ikut denganmu” pria berwajah malaikat itu menepuk bahu Kyungsoo, sedikit menyalurkan energi agar juniornya ini tidak terlalu terpuruk.

“Benar apa yang dikatakannya, aku juga akan ikut denganmu. Begini-begini aku juga bisa berkelahi” pria lain dengan diemple di pipinya memperlihatkan otot tangannya. Dia salah satu yang bisa mencairkan suasana, walau terkadang berakhir dengan membuat kesal temannya.

Plak

Seseorang memukul kepalannya. “Sakit! Kim Minseok kau kejam!” Yixing, pria berdiemple itu memberengut sambil mengusap kepalannya.

“Do Kyungsoo, kami akan ikut tak ada penolakan!” Putus Minseok.

Kyungsoo mengangkat wajahnya menatap mereka. Ia menghela nafas,”Baikalah”.

*** 

Mereka dibagi menjadi dua kelompok, Yixing dengan Joonmyeon dan Kyungsoo dengan Minseok. Kyungsoo mengendap memasuki salah satu gudang besar di pinggir pelabuhan. Salah satu markas mafia yang menyekap Jongdae.

Minseok mengintip sedikit. Di tengah ruangan sana ia melihat seseorang duduk terikat dengan wajah babak belur. Ia mengepalkan tangannya. “Aku menemukannya” gumam Minseok. Kyungsoo menghampiri Minseok. Tatapan matanya semakin tajam. Ditengah sana Jongdae sudah babak belur. “Hyung, kami menemukannya” Kyungsoo berbicara setelah menekan beda kecil yg menempel di telinganya.

“Hyung, kau siap?” tanyanya pada Minseok.

“Kapanpun” Minseok menyeringai. 

“Ayo”.

*** 

Dengan perlahan mereka menumbangkan satu persatu penjaga. Hingga sampailah posisi mereka dekat Jongdae. Minseok segera melepaskan Jongdae “Jongdae sadarlah! Kau bisa mendengarku?” Minseok masih berusaha membuka ikatan Jongdae. Jongdae membuka matanya yang sudah bengkak “Hyung” gumamnya.

Kyungsoo menghalau siapa saja yang mendekat. Ia layangkan tinjunya, tendangan dan menghalau lagi. Disisi lain Yixing dan juga Joonmyeon sedang berurusan dengan beberapa orang.

Buk

“Hyung!” mata Kyungsoo melebar, ia segera menerjang seseorang yang menendang Minseok hingga terpental beberapa meter. 

Bak buk bak buk prang buk buk

“Ugh” rintih Kyungsoo memegang perutnya yang terkena tendangan. Tidak ia hiraukan ujung bibirnya yang sudah mengeluarkan darah.

Minseok kembali bangkit membantu Kyungsoo. Merka kembali beradu 2 lawan 10 memang tidak adil apalagi mereka masih anak sekolah. Namun bukan anak sekolah sembarangan.

Dor

Suara tembakan itu mengalihkan atensi mereka. Sesorang dengan setelan serba hitam berdiri di dekat pintu dengan mengacungkan senjata ke udara.

“Wah wah, tidak aku sangka. Para bocah ini berani sekali. Tangkap mereka!” titahnya.

“Lepas!” Kyungsoo tidak tinggal diam.

“DIAM! ATAU TEMANMU MATI!” pria serba hitam itu mengacungkan pistol ke kepala Jongdae.

Kyungsoo melotot. Ia tidak bisa melawan, Minseok, Joonmyeon serta Yixing pun digeret ke tengah ruangan.

“Kau ingin temanmu bebas huh?” Pria itu mendekati Kyungsoo.

Tak ada jawaban, pria yang berada di dekat Jongdae memukul kepala Jongdae dengan pistol.

“YAK!” teriak mereka. 

“Apa maumu?” tantang Kyungsoo.

“Chip. Kembalikan chip itu maka kalian bebas”. Ujar pria tinggi yang sudah berada di depan Kyungsoo.

“Yixing hyung berikan” titah Kyungsoo.

Yixing mengambil sesuatu di dalam saku celananya dan melemparnya. Seseorang menangkapnnya.

“Anak pintar. Bebaskan meraka” Pria tersebut berbalik dari Kyungsoo.

Pegangan pada Minseok, Yixing, Joonmyeon serta Kyungsoo mengendur. Jongdae dibebaskan dari ikatannya.

Perlahan Jongdae berjalan ke arah teman-temannya. Dengan senyum yang menghiasi bibirnya tanpa perduli wajah yang babak belur, darah serta sudut bibir yang sakit ketika tersenyum.

“Bereskan” Ujar pria tinggi tadi pada anak buahnya dan dijawab oleh anggukan.

Tanpa ke 5 anak itu sadari selongsong senapan sudah mengarah pada Jongdae.

DOR

Headshoot, peluru itu berhasil mengenai kepala Jongdae.

Jongdae terbelalak dan jatuh dihadapan ke empat temannya.

“Jongdae!!!” 

“Dasar bajingan!” Kyungsoo sudah diluar kendali. Ia menghajar semua orang yang menghalanginya.

Minseok mendekati Jongdae memastikan keadaannya, “Jongdae bangunlah,Arggggghhhh sial!” Minseok bangkit ikut menghajar semua orang setelah mengetahui keadaan Jongdae. Ia telah meninggalkan mereka. 

Dengan berlinang air mata dan keadaan kacau mereka berusaha melawan. Yixing terkena hantaman pada kepalannya membuatnya tak sadarkan diri. Joonmyeon tertusuk pisau. Minseok tertembak kakinya. 

“Arghhhhh!” Kyungsoo semakin brutal menghajar semua.

Door

Peluru lainnya berhasil menembus dadanya. Kyungsoo ambruk di dekat Jongdae.

“Kyungsoo!!!!” teriak Minseok. Ia tidak bisa bergerak karena kakinya tertembak.

Kesadarannya perlahan semakin menghilang, dengan sisa terakhir ia melihat wajah Jongdae.

‘Maafkan aku’ dan kesadarannya pun menghilang.

Tidak lama suara sirine polisi berbunyi, sebagian para penjahat itu berhasil kabur dan sebagian tertangkap.

“Bawa tandu kemari”

“Dia butuh pertolongan pertama”

“Nyawanya sudah tidak tertolong”

“Tahan ini, aku akan membawamu”

“Detak jantungnya masih ada, cepat bawa dia”

Semua sibuk, mobil polisi mengepung. Ambulan berjejer.

“Apa ini ulahnya lagi?” tanya seorang komandan polisi.

“Benar pak”.

“Sial dia kabur lagi”.

***

Disalah satu ruang oprasi para dokter bekerja sangat keras.

“Pisau” seorang dokter mulai membedah.

“Pompa keluar darahnya, , pingset” dengan hati-hati dokter tersebut mengeluarkan peluru di dada Kyungsoo. Terlambat sedikit saja dan salah maka akan berakibat fatal pada Kyungsoo.

“Jahit” dengan fokus yang tinggi dokter serta asistennya menjahit dada Kyungsoo.

“gunting” dokter bernafas lega.

“Lakukan transfusi darah, cek terus perkembangannya. Ia kekurangan banyak darah”.

*** 

Kyungsoo berada di rungan yang semuanya terlihat putih, tak ada siapapun.

“Kyungsoo-ya” ia berbalik karena seseorang memanggilnya.

“Jongdae”.

“Hai Kyung, maafkan aku karena sudah menyusahkanmu”. Ujar Jingdae dengan senyumnya.

“Tidak ini semua salahku, harusnya aku yang meminta maaf, tak seharusnya kau melindungiku” Kyungsoo tak sanggup menahan air matanya.

“Hey, kau sudah seperti adikku. Sudah menjadi kewajiban seorang kakak melindungi adiknya”. Jongdae mengelus surai Kyungsoo.

“Dengar Kyung, jangan pernah merasa berasalah karena aku akan sedih. Ah, sudah waktunya aku pergi”. Jongdae berjalan mundur menjauh dari Kyungsoo.

“Tidak, jangan pergi. Jongdae kumohon tidak” Kyungsoo berlari mengejar Jongdae, namun Jongdae terasa sangat Jauh.

“Kyungsoo-ya belum saatnya kau ikut denganku. Bertemanlah dengan yang lain. Mungkin kau akan mempunyai teman yang lebih baik dariku atau mungkin mendapatkan kekasih. Ah, membayangkannya saja membuatku senang. Ah, dan berbaikanlah dengan orang tuamu. Bye Kyung” Jongdae tersenyum untuk terakhir kalinya. Sebelum cahaya terang menghilangkan Jongdae.

“Tidak!!!”

Kyungsoo membuka kedua matanya. Nafasnya memburu.

“Dokter dia sadar!”.

Tbc